Dalam hal dunia, kita perlu melihat ke bawah agar bisa bersyukur.
Namun dalam hal akhirat, kita perlu memandang orang yang lebih unggul dari kita supaya termotivasi untuk bersaing dalam berbuat baik.
Bagi mereka yang menjadikan orang-orang yang lemah dalam beragama sebagai ukuran, pastinya akan terhalang dari banyak kebaikan.
Menganggap dirinya masih lebih baik daripada dengan individu-individu yang kesalahan mereka jauh lebih berat.
3. Tidak Bermuhasabah Diri
Saat seseorang merasa tobatnya diterima dan percaya bahwa ia telah hijrah, mengira dosa-dosanya sudah terampuni, sesungguhnya ia telah melewatkan banyak pelajaran dari mengenang kesalahan yang pernah dilakukan:
Mensyukuri nikmat Allah yang telah menyembunyikan setiap aib yang ia miliki.
Selalu merasa tidak berharga dan kecil di hadapan Allah.
Merasa malu sehingga terdorong untuk rajin melakukan istigfar.
Sebenarnya, orang yang sungguh-sungguh saleh, tidak pernah menganggap dirinya sebagai orang saleh.
Dalam buku al-Buka’ min Khasyatillah; Asbabuhu wa Mawani’uhu wa Thuruq Tahshilihi menceritakan bahwa, pada tengah malam, Hasan al-Bashri tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan menangis dengan kesedihan.
Setelah meneliti alasan tangisannya, ia menjawab, “Aku menangis karena tiba-tiba ingat akan suatu kesalahan.”
Ini adalah Hasan al Bashri rahimahullah yang terkenal sangat berilmu dan rajin beribadah, namun tidak menganggap dirinya suci.***