“Kolaborasi antara BMKG dan BRIN memungkinkan penerapan TMC berjalan lebih cepat dan efektif. Pengembangan teknologi ini terus dilakukan berdasarkan hasil riset BRIN,” ujar Heru.
Ia menambahkan bahwa metode TMC dalam pengurangan curah hujan meliputi jumping process menggunakan pesawat terbang dan kompetisi uap air dengan Ground Particle Generator (GPG).
Menurutnya, GPG terbukti mampu mengurangi curah hujan lebih dari 20 persen di area pertambangan dan dapat beroperasi selama 24 jam, menggantikan pesawat yang hanya bisa beroperasi pada siang hari.
Sebagai inovasi ke depan, Heru mengusulkan penggunaan roket TMC untuk operasi malam hari. China, misalnya, telah menggunakan 1.110 roket untuk mengendalikan cuaca selama Olimpiade 2008.
Untuk itu, BRIN mendorong pengembangan teknologi serupa dengan dukungan peralatan seperti Flying Laboratory for Atmospheric Research (FLARes), radar cuaca, dan alat survei lainnya.
“Kemandirian teknologi menjadi langkah penting bagi Indonesia dalam mitigasi bencana. Harapannya, teknologi ini dapat diintegrasikan dalam sistem mitigasi banjir yang lebih komprehensif,” pungkasnya.