Koran Mandala -Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, Prof. Didi Turmudzi, menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap empat tantangan besar yang kini membelit masyarakat Sunda.
Keempatnya mencakup krisis bahasa, simbol budaya, kepemimpinan informal, serta menurunnya kesadaran terhadap jati diri budaya lokal.
Hal itu ia sampaikan dalam forum silaturahmi Keluarga Besar Paguyuban Pasundan yang berlangsung secara daring dan luring di Aula Mandalasaba dr. Djoendjoenan, Gedung Paguyuban Pasundan, Bandung, pada Sabtu 12 April 2024.
Klasemen BRI Liga 1 Indonesia, Usai Persib Bandung Tahan Imbang Borneo
Menurut Prof. Didi, penggunaan bahasa Sunda kian menurun, khususnya di wilayah urban seperti Bandung. Padahal, menurutnya, bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi juga simbol identitas dan etika suatu bangsa.
“Kita tidak boleh mengabaikan bahasa sendiri. Ketika bahasa menghilang, maka satu unsur utama dari budaya pun ikut lenyap,” ujar Guru Besar ini.
Ia juga menyoroti menghilangnya simbol-simbol kesundaan dari ruang publik dan kehidupan sehari-hari. Sebagai bentuk konkret pelestarian budaya, Paguyuban Pasundan berencana membangun pusat budaya Sunda di kawasan Majalengka, dekat Bandara Kertajati. Fasilitas itu akan dibangun di atas lahan sekitar 50 hektare.
Di sisi lain, Prof. Didi menekankan pentingnya peran kepemimpinan informal yang kini mulai langka di tengah masyarakat. Tokoh-tokoh non-struktural ini, menurutnya, sangat berperan dalam menjaga kedekatan sosial dan menjadi panutan, terutama bagi generasi muda yang kian terpapar tontonan hiburan yang dianggap minim nilai pendidikan.
“Generasi muda butuh panutan. Kita harus kembali ke pendekatan budaya, dan membenahi sistem pendidikan dengan menanamkan nilai akhlak serta kearifan lokal,” ujarnya tegas.
Borneo FC vs Persib : Brace Tyronne Del Pino Gagal Bawa 3 Point, Skor Akhir 2-2
Paguyuban Pasundan, lanjutnya, memiliki sejarah panjang dalam mengawal nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan. Ia meyakini, organisasi ini tetap mampu menjadi motor penggerak untuk membangkitkan kembali kesadaran budaya masyarakat Sunda di era modern.***