Koran Mandala -Lyceum Kristen merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari semangat misi keagamaan dan intelektual Kristen, khususnya yang berkembang pesat pada masa kolonial dan pascakolonial di berbagai belahan dunia. Berakar dari tradisi humaniora Yunani Kuno, nama “Lyceum” sendiri mengacu pada sekolah yang didirikan oleh filsuf Aristoteles di Athena, tetapi dalam konteks Kristen, institusi ini berkembang sebagai sekolah menengah dan tinggi yang mengintegrasikan pendidikan umum dengan nilai-nilai spiritual Kristiani.
Akar Historis dan Filosofis
Konsep “Lyceum” sebagai pusat pembelajaran diperkenalkan kembali dalam konteks Barat oleh para humanis Renaisans dan kaum Protestan reformis pada abad ke-16 dan 17. Saat Kekristenan mulai berperan aktif dalam pendidikan formal, khususnya melalui gereja-gereja Protestan dan Katolik, banyak Lyceum Kristen didirikan sebagai tempat pendidikan menengah yang menekankan disiplin, pengajaran moral, dan pembentukan karakter Kristiani.
Gugatan Lyceum Kristen Dimenangkan PTUN, Begini Tanggapan SMAN 1 Bandung
Perkembangan Global
Di Eropa, Lyceum Kristen mulai tumbuh sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, khususnya di Jerman, Belanda, dan Swiss, di mana pendidikan teologi dan humaniora klasik menjadi fondasi kurikulum. Di Belanda, misalnya, banyak Lyceum Kristen yang didirikan oleh gereja-gereja Reformed sebagai bentuk perlawanan terhadap sekularisasi pendidikan.
Dalam ekspansi kolonial, terutama oleh bangsa Belanda, Inggris, dan Amerika, konsep Lyceum Kristen dibawa ke berbagai wilayah seperti Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. Di Indonesia, keberadaan sekolah-sekolah Kristen seperti Lyceum menjadi bagian penting dalam sejarah pendidikan kolonial dan nasional. Institusi ini tidak hanya mendidik anak-anak para zendeling dan pegawai kolonial, tetapi juga anak-anak pribumi yang ingin mendapatkan pendidikan berkualitas tinggi.
Lyceum Kristen di Indonesia
Salah satu Lyceum Kristen paling dikenal di Indonesia adalah Lyceum Kristen Tomohon, yang berdiri di Sulawesi Utara pada awal abad ke-20. Sekolah ini didirikan oleh misionaris Belanda sebagai bagian dari zending Protestan dan menjadi pusat pendidikan elit di kawasan timur Indonesia. Lyceum ini mengajarkan bahasa Belanda, Latin, sejarah gereja, filsafat, dan sains modern, menjadikannya lembaga pendidikan unggulan saat itu.
Lyceum Kristen di Indonesia memainkan peran penting dalam membentuk para pemimpin gereja, tokoh masyarakat, serta intelektual nasional. Kurikulumnya yang ketat, nilai-nilai moral Kristen, dan semangat pelayanan menjadikan alumninya terkenal sebagai pribadi yang berintegritas dan berwawasan luas.
Memasuki abad ke-21, banyak Lyceum Kristen yang bertransformasi menjadi sekolah modern atau universitas Kristen, dengan tetap mempertahankan prinsip dasar integrasi antara iman dan ilmu. Di banyak tempat, nama “Lyceum” mungkin sudah diganti, tetapi semangat dan warisannya masih hidup dalam praktik pendidikan Kristen masa kini.
Warisan Lyceum Kristen terletak bukan hanya pada prestasi akademis, tetapi pada kontribusinya dalam membentuk karakter, membangun komunitas iman yang cerdas, serta menjadi wadah untuk dialog antara iman, ilmu, dan budaya.
Sengketa Lahan dengan Pemorov Jabar Soal SMAN 1 Bandung
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung memenangkan gugatan Perkumpulan Lyceum Kristen terkait sengketa status lahan SMAN 1 Bandung. Putusan tersebut tercantum dalam amar putusan nomor perkara 164/G/2024/PTUN.Bdg yang dibacakan pada 17 April 2025.
Dalam putusannya, majelis hakim mengabulkan seluruh gugatan yang diajukan oleh Perkumpulan Lyceum Kristen dan menolak eksepsi dari tergugat, yaitu Kepala Kantor Pertanahan (BPN) Kota Bandung, serta tergugat intervensi, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat.
Dengan putusan ini, Lyceum Kristen mendapatkan legitimasi hukum untuk kembali mengelola lahan yang selama ini digunakan SMAN 1 Bandung, dan membuka peluang terbitnya sertifikat baru atas nama mereka.
SMAN 1 Bandung menyerahkan langkah hukum selanjutnya kepada tim biro hukum, termasuk rencana pengajuan banding.