KORANMANDALA.COM – Abdurrahman Baswedan, seorang pahlawan nasional yang sangat dihormati, dianugerahi gelar tersebut oleh Presiden Joko Widodo pada 8 November 2018 di Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Namanya yang melekat dalam sejarah Indonesia merupakan cerminan perjuangan kerasnya dalam merebut kemerdekaan bangsa ini.
Ar Baswedan, begitu dia akrab dipanggil, merupakan keturunan Arab, namun cintanya pada Indonesia, terutama Jawa dan Surabaya, sangat mendalam.
Dia dilahirkan di kota pahlawan Surabaya pada tanggal 9 September 1908. Kota ini menjadi saksi perjalanan hidupnya yang penuh pengabdian untuk bangsa.
Baca Juga : Jadi Ketua KPU Perempuan Pertama di Karawang, Inilah Sosoknya!
Pengorbanan demi Kemerdekaan
Meskipun jurnalis adalah profesi utamanya, Ar Baswedan juga mencoba pekerjaan lain, termasuk menjalani usaha dagang dengan meneruskan usaha toko orang tuanya di Surabaya. Namun, panggilan jurnalistik selalu menghantui hatinya.
Ia merasa lebih nyaman dan bermakna ketika bisa turut berkontribusi dalam perjuangan bangsa.
Kontribusi dalam Media
Ar Baswedan pernah bekerja di surat kabar Sin Typos, di mana ia menerima upah sebesar 75 gulden saat itu. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan beban kerjanya, namun semangatnya dalam dunia jurnalistik tak tergoyahkan.
Baca Juga : Apakah Hari Pahlawan Nasional 2023 Tanggal Merah? Simak Ulasan dan Sejarah Singkatnya di Sini!
Kemudian, ia bergabung dengan Suara Umum yang dimiliki oleh Dokter Sutomo dengan gaji sekitar 10-15 gulden per bulan. Ia tetap menjadi seorang jurnalis militan yang produktif dan berkualitas.
Aktivitas di BPUPKI
Ar Baswedan juga tercatat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).