Baca Juga: Mengenal Otto Iskandar Dinata Pahlawan Tatar Sunda Berjuluk Si Jalak Harupat
Perkembangan Sakola Istri yang didirikan oleh Dewi Sartika cukup pesat. Seiring berjalannya waktu, murid yang awalnya hanya beberapa mulai bertambah banyak hingga mencapai 60 orang dari kalangan pribumi.
Dalam hal ini, Dewi Sartika dibantu oleh Nyi Poerwa dan Nyi Oewit sebagai pengajar di Sakola Istri. Beberapa tahun kemudian, sekolah ini pindah ke Jalan Ciguriang-Kebon Cau karena Pendopo di Kabupaten Bandung tak cukup untuk menampung murid.
Selain itu, Sakola Istri juga telah mendapat perubahan nama menjadi Sakola Kautamaan Istri pada tahun 1910 guna mendekati tujuan pendidikan di sekolah itu yakni menghasilkan wanita yang utama.
Baca Juga: 10 Ucapan Hari Pahlawan Nasional Bahasa Inggris dari Tokoh Ternama, Cocok untuk Caption Twibbon di Medsos
Tak hanya sekali, nama sekolah ini juga sempat diganti menjadi Sekolah Gadis No.29 pada masa penajajahan Jepang. Hal tersebut dikarenakan pihak Jepang ingin menjadikannya sebagai sekolah rakyat.
Kendati begitu, Dewi Sartika tidak ingin mengganti kurikulum Sakola Kautamaan Istri. Akhirnya, dengan segala pertimbangan, ia terpaksa menutup sekolah tersebut.
Tidak sampai situ, angin segar pun datang, sekolah yang didirikan pahlawan wanita ini kembali dibuka oleh Yayasan Raden Dewi Sartika pada tahun 1951 dan kembali mengalami pergantian nama beberapa kali.
Baca Juga: Melawan Penjajah Tak Melulu dengan Senjata, Ki Hajar Dewantara Berjuang demi Bangsa Indonesia melalui Pendidikan
Kini, Sakola Kautamaan Istri telah berubah menjadi Sekolah Dewi Sartika dan masih bertahan hingga saat ini Jalan Kautamaan Istri Nomor 1, Kelurahan Balong Gede, Kecamatan, Regol, Kota Bandung, Jawa Barat.
Pahlawan nasional wanita ini menghembuskan nafas terakhirnya pada 11 September 1947 bertepatan dengan Agresi Militer Belanda. Saat berpulang menghadap Sang Pencipta, ia sedang mengungsi di sebuah daerah, yaitu Cinean, Jawa Barat. (del/del)