KORANMANDALA.COM – Satu di antara pahlawan nasional wanita yang kiprahnya sangat luar biasa yaitu Raden Dewi Sartika. Ia merupakan tokoh pejuang wanita yang berasal dari Cicalengka, Bandung.
Dewi Sartika kerap dikenal sebagai tokoh Pahlawan dari Jawa Barat yang memperjuangkan pendidikan dan emansipasi bagi kaum wanita di Indonesia.
Pahlawan nasional Dewi Sartika, lahir di Cicalengka pada 4 Desember 1884. Ia dibesarkan oleh kedua orang tua yang merupakan pejuang Indonesia dan menentang pemerintah Hindia Belanda.
Berbicara emansipasi wanita, Dewi Sartika termotivasi pada saat kedudukan dalam masyarakat Sunda mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa faktor.
Baca Juga: Fakta Pahlawan Tatar Sunda, Raden Dewi Sartika: Gemar Menulis Artikel di Media Nasional
Kesalah pemahaman dalam lingkup masyarakat mengenai konsep yang menganggap perempuan lebih lemah dari laki-laki dan juga kerap terjadinya kawin paksa maupun pernikahan anak-anak, membuat Dewi tak bisa tinggal diam.
Maka, berawal dari sini, tercipta sebuah tekad kuat dari sosok Raden Dewi sartika untuk melakukan emansipasi wanita. Menurutnya, perempuan harus berkembang dan memiliki keterampilan agar bisa hidup mandiri.
Pada tahun 1902, ia bertekad mewujudkan emansipasi wanita yang telah berkecamuk dalam pikirannya. Keinginannya ini didukung dengan kondisi pemerintah Hindia Belanda yang pada tahun 1901 mulai menjalankan politik etis atau Ethusche Politic.
Baca Juga: Pertempuran Surabaya: 5 Tokoh Sejarah yang Menjadi Saksi Bisu Penetapan Hari Pahlawan Nasional 10 November
Seusai berkonsultasi dengan Bupati Bandung, RA Martanegara, pada waktu itu, akhirnya Dewi Sartika mulai membuka Sakola Istri atau sekolah perempuan pertama se-Hindia Belanda.
Sebelumnya, tidak pernah ada sekolah perempuan di seantero wilayah pendudukan Belanda. Namun, seorang wanita dari Cicalengka telah berhasil menuliskan sejarah baru dengan berdirinya sekolah perempuan tersebut pada tahun 1904.
Sekolah tersebut awalnya bertempat di Pendopo Kabupaten Bandung. Adapun visinya yaitu untuk mengajarkan anak-anak gadis pribumi agar dapat membaca, menulis, berhitung, dan berumah tangga.