KORANMANDALA.COM – Komunitas Belajar Rumah Pelangi telah berdiri dalam waktu yang cukup lama. Ini merupakan sebuah kelompok pembelajaran informal yang didirikan di Kampung Sindang Sari, Desa Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung pada tahun 2012. Tempat ini berfungsi sebagai pusat belajar bagi anak-anak sekitar.
Pendiri dan sekaligur owner Rumah Pelangi adalah Asep Suhendar, atau yang biasa dipanggil Kang Asep. Ia adalah alumnus Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.
Kepada Koranmandala Asep bercerita awal mula berdiri Rumah Pelangi. Waktu itu, Asep merasakan sulitnya mengakses sekolah tinggi. Terkait hal itu, ia termotivasi untuk membantu memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya.
Dengan adanya komunitas ini, Asep berharap, anak-anak yang terhenti pendidikannya karena berbagai alasan dapat tetap memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi masa depan mereka.
Hidup Tanpa Gadget. Tak bisa dipungkiri, anak-anak identik dengan gadget atau HP android. Hampir setiap waktu mereka selalu tak jauh dari telepon genggam yang super canggih itu.
Ternyata rumus itu tak berlaku di Rumah Pelangi. Menurut Asep, anak-anak yang datang ke Rumah Pelangi tak dibenarkan membawa HP.
E. Heri Rustaman bersama Eka Purwanto dari Koranmandala.com berkesempatan masuk ke ruang perpustakaan milik Rumah Pelangi. Ratusan, mungkin ribuan buku berjajar rapi di sudut-sudut ruangan.
“Buku-buku itu dari pemerintah” tanya Heri Rustaman.
“Bukan” jawab Asep pendek.
Menurut Asep, semua buku itu didapat dari masyarakat yang peduli pada pendidikan anak. Ada juga, akunya, dana pribadi yang disalurkan ke lembaga ini. Sebagian lagi ada juga sumbangan dari lembaga pendidikan Jagat Alit.