Kegiatan di Rumah Pelangi dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu saja, karena sebagian besar relawan pengajar adalah mahasiswa atau pekerja yang memiliki kegiatan pada hari Senin hingga Jumat.
Anak-anak yang bergabung dengan komunitas Rumah Pelangi tercatat sekitar 30 orang. Mereka memiliki beragam profil usia, mulai dari 7 hingga 18 tahun, mencakup rentang usia SD hingga SMA. Mayoritas dari mereka kurang mengikuti pendidikan formal, sehingga komunitas ini menjadi satu-satunya sumber pembelajaran dan pengembangan keterampilan.
Rumah Pelangi bergantung pada kerja sukarela, di mana semua kebutuhan operasionalnya didukung oleh relawan dan donatur yang peduli dengan misi komunitas ini. Tempat utama untuk kegiatan belajar adalah sebuah saung bambu yang dibangun melalui gotong royong warga sekitar.
Meskipun demikian, proses belajar mengajar di Rumah Pelangi menghadapi kendala keterbatasan sarana dan prasarana. Ini melibatkan tidak hanya keterbatasan tempat belajar, tetapi juga kurangnya alat bantu pengajaran yang sesuai, terutama untuk pelajaran matematika. Salah satu hambatannya adalah sulitnya menemukan alat bantu pengajaran yang cocok dengan kebutuhan anak-anak di Rumah Pelangi karena rentang usia mereka yang beragam.
Mengingat begitu mulianya tujuan Rumah Pelangi, tidak ada salahnya kalau pemerintah daerah atau pemerintah pusat melirik dan memberi bantuan untuk operasional.
Mencerdaskan kehidupan bangsa sudah menjadi concern Rumah Pelangi. Karena itu, pemerintah sudah seharusnya hadir untuknya. Semoga.- ***