KORANMANDALA.COM – Setiap memasuki akhir bulan April, pembicaraan emansipasi perempuan menjadi topik yang hangat. Kali ini koran mandala berkesempatan melakukan wawancara dengan Kenny Dewi, cicit Ibu Raden Dewi Sartika, pahlawan nasional asal tatar Sunda. Raden Dewi Sartika adalah sosok nyata bagaimana cita-cita emansipasi perempuan ditransformasi dalam bentuk karya nyata pendidikan, diantaranya Sakola Kautamaan Istri.
Sekilas tentang Kenny Dewi, beliau adalah founder dan guru di TK Jagad Alit Waldorf serta dosen di Fakultas Ekonomi UNPAR. Ketertarikannya memasuki profesi pendidik dimulai saat mengagumi salah satu dosen saat berkuliah.
Perjalanan menjadi dosen mengantarkannya pada satu kesimpulan bahwa pendidikan anak usia dini menjadi fase yang sangat penting karena dianggap sebagai fondasi bagi keberlanjutan seseorang menjadi manusia yang merdeka.
Berbekal keikutsertaannya pada Waldorf Early Childhood Education di Bangkok, Thailand pada tahun 2012-2015 akhirnya menjadi momentum untuk mendirikan TK Waldorf pertama di Indonesia yang mendapatkan pengakuan internasional.
Tantangan yang dihadapi perempuan saat berpartisipasi dalam dunia pendidikan
Menjawab pertanyaan Tim Koran Mandala, Ibu Kenny menjawab “Tantangannya adalah apakah pendidikan anak dianggap sebagai prioritas atau tidak? Jika dianggap sebagai prioritas, apakah seorang ibu mau banyak terlibat dlm mendidik anaknya, paling tidak, hadir dalam setiap kegiatan pertemuan orang tua di sekolah, atau menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada pihak sekolah? Apakah seorang ibu mau memberikan pemahaman pada suaminya bahwa anak itu membutuhkan ayah dan ibunya, membutuhkan aspek feminin dan maskulinitas”.
Baca juga : Festival Dalam Pendidikan Waldorf Untuk Anak Usia Dini
Lebih lanjut, Kenny menambahkan bahwa ketika seorang perempuan sudah terjun dalam dunia pendidikan, baik sebagai seorang ibu ataupun guru, tantangan berikutnya adalah bagaimana memberikan pendidikan yang benar-benar dibutuhkan oleh anak sesuai dengan usianya, sehinnga kelak mereka akan menjadi manusia yang dapat menjalankan misi hidupnya. Bukan pendidikan yg semata-mata mempersiapkan anak untuk mendapatkan nilai yang baik atau semata-mata untuk menjadi orang yang sukses dengan ukuran material.
Ciri Khas Pendidikan Waldorf
Dalam kesempatan wawancara ini, Ibu Kenny menjelaskan bahwa ciri khas dari pendidikan Waldorf adalah pendidikan yg disampaikan melalui tangan, hati dan kepala untuk menumbuhkan dan menyeimbangkan karsa, rasa dan akal. Lebih lanjut, dia sampaikan “Contoh ketidakseimbangan adalah ada orang yang mikir terus, tapi karena kebanyakan mikir, akhirnya tidak berbuat apa-apa atau banyak ragu-ragunya. Ada orang yang melakukan sesuatu tanpa dipikir dulu sehingga akhirnya yang dilakukan banyak errornya. Ada juga orang yang cerdas ataupun melakukan sesuatu tanpa melibatkan perasaan”.
Selain itu, ciri khas pendidikan Waldorf yaitu melihat manusia secara utuh, body, soul dan spirit. Pendidikan adalah suatu upaya untuk menyehatkan manusia pada ranah raga, jiwa, dan spiritualitasnya. Kesemuanya ini diberikan berdasarkan fitrah usianya, berdasarkan tahapan perkembangan usianya.
Tingkat Partisipasi Perempuan Dalam Pedidikan
Saat Tim Koran Mandala menanyakan tingkat partipasi perempuan dalam pendidikan, Kenny sampaikan bahwa berdasarkan data statistik dan indikator pendidikan berwawasan gender tahun 2022-2023 dari KEMENDIKBUDRISTEK, peserta didik laki-laki pada setiap jenjang pendidikan, lebih banyak dari peserta didik perempuan, namun secara persentase, perbedaannya tidak terlalu jauh yaitu sekitar 52% berbanding 48%. Dan kalau kita bicara mengenai profesi guru sebagai tenaga pendidik, ternyata jumlah guru perempuan pada semua jenjang pendidikan, lebih banyak daripada jumlah guru laki-laki. Perbedaannya cukup signifikan, bahkan pada jenjang TK, 96% lebih adalah guru perempuan, sedangkan guru laki-laki tidak sampai 4%.
Lebih lanjut, ia sampaikan bahwa jika kita melihat pola asuh di banyak keluarga Indonesia, bisa dibilang rata-rata masih beranggapan bahwa tanggung jawab mengasuh dan mendidik anak adalah tanggung jawab ibu. “Jadi sepertinya justru partisipasi laki-lakilah yg perlu ditingkatkan dalam dunia pendidikan”, tandasnya.
Hasil wawancara lebih lengkap dapat diikuti pada video di Mandala TV berikut ini.