KORANMANDALA.COM – Biodynamic, hal yang masih terasa asing bagi kebanyakan orang awam di Indonesia. Apa itu biodynamic?
Adalah Rudolf Steiner, seorang filusuf modern asal Austria yang banyak memberikan pencerahan di berbagai bidang keilmuan. Pandangannya mengenai dunia kesehatan dikenal sebagai Antrophosophical Medicine, pada pendidikan dikenal sebagai Waldorf Education. Sedangkan pada bidang pertanian, dikenal istilah biodynamic.
Istilah biodynamic ini sendiri muncul saat Steiner memberikan visinya terkait dengan perbaikan produksi pertanian bagi para petani di Eropa Tengah paska perang dunia pertama.
Seiring selesainya masa perang, era industrialisasi mulai memasuki proses bisnis pertanian yang cenderung mengedapankan kecepatan, dengan penggunaan mesin. Pemanfaatan pestisida dan herbisida yang mengandung zak kimia. Selain itu, penggunaan benih hibrida untuk menggantikan benih yang telah disimpan secara turun-temurun menjadi hal yang lumrah.
Sejalan dengan industrialisasi tersebut, petani dihadapkan pada keadaan dimana kualitas dan kuantitas hasil pertanian menjadi menurun, demikian juga dengan hasil hewan ternak mereka.
Apa itu biodynamics?
Rudolf Steiner merumuskan konsepsinya mengenai metoda bertani yang bertujuan memperlakukan pertanian sebagai sistem yang hidup dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini juga untukmembangun tanah hidup yang sehat, memproduksi makanan yang sehat dan memberikan vitalitas agar manusia bisa menjalankan perannya dalam kemanusian dengan baik.
Lebih dari itu, dalam biodynamic, Steiner juga menekankan pentingnya melakukan upaya pertanian yang dihubungkan dengan sistem kosmos (alam semesta) dimana kita berada. Misalnya memperhatikan kapan waktu terbaik untuk menanam benih dan sebagainya.
Biodynamics Prep Workshop
Inisiatif penerapan biodynamics di Indonesia sudah dilakukan di banyak tempat, termasuk di Bandung. Adalah Krisnandito (Kikis) dan Sr.Kristiana yang pada Kamis 23 Mei 2024 memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka, sekaligus berperan sebagai instruktur.
Mereka mendampingi sekira 20 orang peserta yang hadir di Eco Camp, Dago Bandung, untuk sama-sama membuat ramuan BD500, BD501 dan BD508 yang dapat dipergunakan untuk keperluan biodynamic.