Kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan intensif bagi kader posyandu sebagai mitra apoteker. Sebanyak 40 peserta, termasuk para kader yang mewakili puskesmas-puskesmas di kota Jayapura, turut hadir di aula Puskesmas Abepura.
Para kader dibekali pengetahuan penting tentang keamanan pangan dan penggunaan obat tradisional yang aman. Selain pemaparan materi oleh dosen-dosen SF ITB, kader-kader juga dilatih untuk mengidentifikasi bahan tambahan pangan dan produk-produk obat bahan alam yang beredar di pasaran.
“Pelatihan tersebut bukan pertama diadakan. Kegiatan ini telah diinisiasi di tahun 2017. Kami memulai dari daerah terdekat ITB di Kota Bandung, berlanjut ke lingkar dalam di Jawa Barat yaitu Lembang, Pangandaran, selanjutnya lingkar tengah Lombok, dan akhirnya tercapai ke daerah lingkar terluar yaitu Papua. Simpul-simpul kader kesehatan di berbagai daerah perlu terus ditingkatkan karena menjadi penyambung peningkatan pengetahuan kesehatan. Ilmu yang diperoleh akan terus mengalir dari kader ke masyarakat sekitarnya” terang Prof. Sophi.
Lokasi di Jayapura juga dipilih berdasarkan laporan tahunan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) tahun 2022, yang menemukan sebanyak 15,17% produk pangan masih tidak memenuhi syarat dan sebanyak 29 sarana tidak memenuhi ketentuan Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik – Industri Rumah Tangga (CPPOB-IRT).
Selain itu, hasil riset kesehatan dasar Provinsi Papua Tahun 2018 juga menunjukkan sebanyak 67,55% pasien tidak menggunakan obat konvensional karena beralih menggunakan obat tradisional dan sebanyak 10.86% produk obat tradisional juga ditemukan tidak memenuhi syarat.
Fenomena masih tingginya produk dan sarana yang tidak memenuhi ketentuan, serta tingginya penggunaan obat tradisional di Papua, mendorong kedua universitas meneliti tingkat pengetahuan masyarakat Jayapura serta mengedukasi kemanan pangan dan ketepatan cara penggunaan obat tradisional.
apt. Nur Fadilah M.Si, selaku Ketua Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Cendrawasih menuturkan, “Kolaborasi antara Sekolah Farmasi ITB dan UNCEN ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Papua. Selain itu, kerjasama ini diharapkan membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang farmasi dan kesehatan. Dosen dan Mahasiswa Farmasi pun aktif terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini”, pungkasnya. (FMA)