KoranMandala.com – Banjir yang merendam kawasan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga melumpuhkan roda perekonomian lokal.
Para pedagang di sepanjang Jalan Raya Dayeuhkolot mengeluhkan omzet yang menurun drastis akibat minimnya pembeli. Meskipun air mulai surut, beberapa toko masih tergenang, dengan ketinggian air mencapai 10-20 cm di beberapa titik.
Menurut pantauan Koran Mandala, suasana yang biasanya ramai pada sore hari kini sepi dari pengunjung. Bahkan, banyak toko yang memilih tutup, sementara yang tetap buka pun tak mampu menarik pembeli seperti biasanya.
Warga Keluhkan Bantuan Korban Banjir Kabupaten Bandung tidak Merata
Lanny Moe (76), pemilik Toko Emas Matahari Terbit, mengungkapkan bahwa omzetnya anjlok hingga 70 persen selama banjir melanda.
“Banjir bisa sampai 1 meter di toko saya, orang-orang tidak mampir. Dagang sekarang lagi susah, ditambah banjir lebih susah lagi,” keluh Lanny, yang telah berjualan sejak 2010.
Dia juga menyerukan agar pemerintah Kabupaten Bandung segera mengambil langkah nyata untuk mencegah banjir yang terus berulang setiap musim hujan.
“Bupati Bandung kerjanya apa sih? Tolonglah dikeruk lagi sungainya dan bangun gorong-gorong. Saya sudah bosan belasan tahun kebanjiran terus. Malu, banjir Dayeuhkolot ini sudah terkenal sampai se-Indonesia,” ujarnya dengan nada kecewa.
Kondisi serupa dialami Randi Tri Agustian (20), pengelola toko sepatu Harapan Bunda. Randi mengaku, jika biasanya ia menerima 5-10 pembeli per hari, kini mendapatkan satu pembeli saja sudah menjadi hal yang luar biasa.
“Sudah seminggu lebih seperti ini. Setiap hari harus buka karena harus bersih-bersih bekas banjir. Kalau tutup, kerak banjir susah dibersihkan, tapi kalau buka pun sepi. Jadi serba salah,” ungkapnya sambil mengepel lantai toko yang terendam air.