KoranMandala.com -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan ini, Senin (3/2/2025), dibuka melemah sebesar 1,06% atau turun 75,50 poin ke level 7.033,70.
Tekanan terhadap pasar saham Indonesia dipicu oleh kombinasi sentimen global dan rilis data inflasi dalam negeri.
Dampak Data Inflasi Terhadap IHSG
Berdasarkan data yang dirilis, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada Januari 2025 tercatat naik menjadi 1,88% secara tahunan (YoY).
Kenaikan ini menjadi yang tertinggi dalam empat bulan terakhir, didorong oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), rokok, serta beberapa komoditas pangan seperti cabai dan bawang.
Selain itu, rilis data investasi asing langsung (PMA) ke Indonesia juga menunjukkan peningkatan sebesar 33,3% YoY. Hal ini mencerminkan optimisme investor terhadap ekonomi Indonesia, meskipun tekanan inflasi masih menjadi tantangan utama.
IHSG Anjlok! Saham BBCA, BMRI, dan BBRI Ikut Merosot
Sentimen Global Tekan Pergerakan Pasar
Dari sisi eksternal, kebijakan tarif perdagangan yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump, menjadi perhatian utama pelaku pasar.
Pemerintah AS resmi memberlakukan tarif 25% untuk barang impor dari Meksiko dan Kanada, serta tarif 10% untuk produk asal China. Keputusan ini memicu reaksi dari negara-negara terkait, termasuk ancaman tindakan balasan dari China dan Kanada.
Selain itu, pasar saham global juga mengalami tekanan akibat kekhawatiran terhadap kebijakan ekonomi AS. Indeks utama di Wall Street, seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq,
mengalami koreksi setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa. Tekanan ini turut berimbas pada bursa saham di Asia, termasuk IHSG.
Saham-Saham yang Mengalami Koreksi
Beberapa saham unggulan turut mengalami penurunan signifikan di tengah pelemahan IHSG.
Saham di sektor keuangan dan energi menjadi yang paling terdampak, seiring dengan sentimen negatif dari pasar global dan kebijakan ekonomi dalam negeri.
Pelemahan IHSG pada awal pekan ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.
Investor disarankan untuk tetap mencermati perkembangan data ekonomi serta kebijakan global yang dapat berdampak pada pasar saham.
Dengan volatilitas yang masih tinggi, strategi investasi yang hati-hati menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian pasar.