KoranMandala.com -Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kini berada di bawah level Rp 9.000 per saham. Padahal, pada pertengahan Desember 2024, saham BBCA masih bertengger di angka Rp 10.000-an per saham. Penurunan ini menarik perhatian investor, mengingat BBCA adalah salah satu emiten perbankan terbesar di Indonesia.
Faktor Penyebab Turunnya Saham BBCA
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menjelaskan bahwa kondisi pasar yang volatile saat ini dipengaruhi oleh dinamika makroekonomi global.
“Sejumlah faktor yang mempengaruhi adalah meningkatnya imbal hasil US Treasury serta penguatan indeks dolar AS (Dollar Index). Hal ini terjadi akibat kebijakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump,” ujar Hera, Jumat (7/2/2025).
Meski begitu, BCA tetap berfokus pada fundamental bisnis yang kuat dan menerapkan strategi kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian global.
Keamanan Data Nasabah BCA Tetap Terjaga
Selain isu penurunan saham, beredar kabar di media sosial terkait kebocoran data nasabah BCA. Namun, Hera menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar.
“Kami pastikan bahwa data nasabah dalam kondisi aman,” ungkapnya, Kamis (6/2/2025). Ia juga mengingatkan nasabah untuk selalu berhati-hati terhadap berbagai modus penipuan yang mengatasnamakan BCA.
BCA Imbau Nasabah Waspada
BCA terus mengingatkan nasabah untuk tidak membagikan data pribadi seperti BCA ID, password, One Time Password (OTP), dan PIN kepada pihak lain. Demi keamanan, nasabah disarankan rutin mengganti PIN dan password.
Hera juga menambahkan bahwa BCA menerapkan strategi keamanan berlapis guna melindungi data serta transaksi digital nasabah.
Pergerakan Saham BBCA di Pasar
Pada penutupan perdagangan Kamis (6/2/2025), saham BBCA turun 1,92 persen dibandingkan hari sebelumnya. Kini, harga saham BBCA berada di level Rp 8.950 per saham, menjadikannya harga terendah sepanjang 2025.
Penurunan saham BBCA dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kebijakan ekonomi AS yang berdampak pada pasar global. Namun, BCA tetap optimistis dengan fundamental bisnisnya dan terus menjaga keamanan data nasabah. Investor diharapkan tetap memantau kondisi pasar sebelum mengambil keputusan investasi.