KoranMandala.com -Harga Bitcoin pulih setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menetapkan tarif 25% pada impor baja dan aluminium. Langkah ini memicu respons positif di pasar aset kripto. Berdasarkan data Coinmarketcap, Rabu (12/2) pukul 09.20 WIB, harga Bitcoin berada di level US$ 96.019, setelah sebelumnya sempat jatuh di bawah US$ 95.000.
Investor merespons kebijakan tarif ini dengan optimisme. Mereka melihat Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi global. Seiring dengan itu, Ethereum (ETH) juga menarik minat investor setelah mengalami penurunan harga ke US$ 2.100.
Dampak Tarif Trump Terhadap Harga Bitcoin
Kebijakan tarif Trump memicu kekhawatiran akan perang dagang global, terutama dengan China yang berencana memberlakukan tarif pada impor energi dari AS. Situasi ini menciptakan ketidakpastian ekonomi yang berdampak pada pasar tradisional dan aset digital.
Namun, Bitcoin justru menunjukkan pemulihan yang signifikan. Panji Yudha, Financial Expert Ajaib, menyebut potensi reli Bitcoin menuju US$ 100.000 masih terbuka lebar. Peningkatan harga ini didukung oleh dukungan regulasi yang semakin positif di beberapa negara bagian AS.
Investor mulai mengalihkan dana ke aset kripto sebagai respons atas kebijakan perdagangan AS yang tidak menentu. Bitcoin, yang dikenal sebagai emas digital, menjadi pilihan utama karena kemampuannya bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Indeks Wall Street Berfluktuasi Akibat Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell
Pernyataan Jerome Powell dan Sentimen Pasar
Pasar juga menantikan pernyataan Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, dalam testimoni kebijakan moneter di hadapan Kongres pada 12-13 Februari 2025. Powell diharapkan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif Trump.
Jika Powell menunjukkan sikap dovish atau terbuka terhadap pelonggaran kebijakan moneter, harga Bitcoin bisa meningkat lebih tinggi. Sebaliknya, sikap tegas untuk menekan inflasi dapat memberikan tekanan jual pada aset kripto, termasuk Bitcoin dan altcoin lainnya.
Sentimen pasar saat ini cenderung optimistis, mengingat potensi adopsi institusional yang semakin meningkat. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa Bitcoin bisa menguji level psikologis US$ 100.000 dalam waktu dekat.
Prospek Bitcoin dan Data Ekonomi AS
Selain pernyataan Powell, investor juga menunggu laporan inflasi Consumer Price Index (CPI) pada 12 Februari 2025 dan Producer Price Index (PPI) pada 13 Februari 2025. Kedua laporan ini dapat mempengaruhi pergerakan aset digital, termasuk Bitcoin.
Jika data inflasi menunjukkan penurunan, ini bisa menjadi katalis positif bagi Bitcoin. Pasar akan mengharapkan pelonggaran kebijakan moneter The Fed, yang pada gilirannya dapat meningkatkan harga Bitcoin. Sebaliknya, jika inflasi tetap tinggi, kebijakan ketat The Fed bisa memberikan tekanan jual pada aset kripto.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Bitcoin tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari aset lindung nilai. Dengan regulasi yang semakin mendukung dan adopsi institusional yang meningkat, harga Bitcoin diprediksi terus menguat dalam waktu dekat.
Optimisme Terhadap Bitcoin di Tengah Ketidakpastian Global
Harga Bitcoin pulih setelah kebijakan tarif Trump memicu ketidakpastian ekonomi global. Dukungan regulasi di AS dan potensi pelonggaran kebijakan moneter The Fed menjadi katalis positif bagi pasar kripto.
Dengan adopsi institusional yang terus meningkat dan potensi reli ke level US$ 100.000, Bitcoin tetap menjadi aset spekulatif yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Investor diharapkan terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan AS dan pernyataan Jerome Powell untuk menentukan strategi investasi yang tepat. Dengan optimisme pasar yang kuat, Bitcoin diprediksi terus menguat dalam waktu dekat.