KoranMandala.com -Sejumlah analis memperkirakan rupiah akan kembali menguat terhadap dolar AS pada Selasa (4/3). Penguatan ini didorong oleh peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia, yang mencerminkan aktivitas ekonomi yang semakin kuat.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, menyatakan bahwa penguatan rupiah diperkirakan akan terjadi dalam kisaran Rp 16.380 hingga Rp 16.500 per dolar AS. “Diharapkan rupiah kembali apresiasi hari ini ke level Rp 16.380 hingga Rp 16.500 per dolar AS,” ujar Fikri, Selasa (4/3).
Faktor Penguatan Rupiah
Rilis data S&P Manufacturing PMI Indonesia menunjukkan kenaikan ke level 53,6 pada Februari 2025. Kenaikan ini menandakan ekspansi di sektor manufaktur, yang menjadi pendorong utama penguatan rupiah.
Selain itu, data Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia mencatatkan deflasi sebesar 0,09% secara tahunan. Angka ini merupakan level terendah sejak Maret 2000 dan menciptakan peluang bagi peningkatan imbal hasil atau yield yang lebih tinggi.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.15 WIB, rupiah dibuka menguat di level Rp 16.437 per dolar AS. Angka ini naik 42,50 poin atau 0,26% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Dampak Global Terhadap Rupiah
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, juga memperkirakan rupiah akan terus menguat terhadap dolar AS. “Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah tajam oleh harapan perdamaian perang di Ukraina,” ungkap Lukman.
Namun, ia menegaskan bahwa penguatan rupiah kemungkinan masih terbatas dalam kisaran Rp 16.400 hingga Rp 16.500 per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh kebijakan tarif yang telah dikonfirmasikan oleh Presiden AS, Donald Trump, yang tetap akan diberlakukan sesuai rencana.
Kesimpulan
Dengan adanya faktor domestik dan global yang mendukung, rupiah diproyeksikan tetap stabil dengan kecenderungan menguat dalam beberapa waktu ke depan. Para pelaku pasar diharapkan tetap memperhatikan kebijakan global yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.