KoranMandala.com -China menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% untuk tahun ini, meskipun menghadapi tantangan besar akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.
Langkah ini diumumkan dalam Kongres Rakyat Nasional (NPC), sebuah pertemuan tahunan yang menjadi ajang untuk mengesahkan kebijakan yang telah diputuskan secara internal oleh pemerintah.
Presiden Xi Jinping menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan, termasuk rendahnya konsumsi domestik, krisis properti, dan tingkat pengangguran yang tinggi. Kondisi ini semakin diperburuk oleh tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Terbaru! 20 Akun FF Sultan Gratis Masih Aktif untuk Hari Ini 4 Maret 2025
Setelah memberlakukan tarif 10% pada Februari, AS kembali menaikkan tarif sebesar 10% pada awal Maret. Kebijakan ini berpotensi menurunkan ekspor China ke AS, yang selama ini menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Sebagai balasan, China menetapkan tarif 10-15% pada sejumlah produk pertanian asal AS, seperti jagung, gandum, dan kedelai—komoditas utama dalam perdagangan antara kedua negara.
Fokus pada Pertumbuhan dan Konsumsi Domestik
Dalam pertemuan “Dua Sesi” tahun ini, pemerintah China berupaya mencari cara untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan dari kebijakan tarif AS.
Selama dua tahun terakhir, China berhasil memenuhi target pertumbuhannya dengan mengandalkan ekspor yang kuat. Namun, dengan adanya tarif tambahan dari AS, pencapaian ini semakin sulit.
Analis memperkirakan bahwa ekspor China ke AS bisa turun hingga sepertiga jika tarif tetap diberlakukan dalam jangka panjang. Untuk mengatasi penurunan ekspor ini, Beijing berencana meningkatkan konsumsi domestik sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.