Koran Mandala -Pasar saham Indonesia menghadapi tekanan berat sejak awal tahun 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,79% ke level 6.545,85 pada perdagangan Selasa (11/3). Secara keseluruhan, IHSG sudah terkoreksi 7,59% sejak awal tahun, dengan aksi jual bersih investor asing mencapai Rp 23,19 triliun.
Penurunan ini diperburuk oleh aksi dua perusahaan investasi global yang menurunkan peringkat saham Indonesia. Langkah ini meningkatkan kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi dan kebijakan pemerintah ke depan.
Goldman Sachs Pangkas Peringkat Saham Indonesia
Goldman Sachs Group Inc menjadi salah satu bank investasi yang memangkas peringkat investasi Indonesia. Mereka menurunkan rekomendasi dari overweight menjadi market weight akibat meningkatnya risiko fiskal dari kebijakan Presiden Prabowo Subianto.
Selain itu, pertumbuhan laba korporasi yang lemah serta ketatnya likuiditas perbankan turut membebani pasar. Sentimen ini juga sejalan dengan pandangan JP Morgan Indonesia yang sebelumnya mengungkapkan kekhawatiran serupa.
Morgan Stanley Juga Turut Menurunkan Peringkat
Tak hanya Goldman Sachs, Morgan Stanley juga memangkas peringkat saham-saham dalam indeks MSCI Indonesia. Mereka mengubah rekomendasi dari equal-weight menjadi underweight. Penurunan ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi yang melambat serta tekanan terhadap profitabilitas emiten di sektor siklikal.
Dampak ke IHSG dan Strategi Investor
Menurut analis KGI Sekuritas Rovandi, penurunan peringkat oleh institusi asing berdampak negatif terhadap arus dana asing. Investor lokal pun memilih untuk menahan diri dalam berinvestasi.
Namun, Rovandi tetap optimistis terhadap prospek pasar saham. Potensi pemotongan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 hingga 50 basis poin sebelum Juli 2025 dapat mendorong rebound bagi saham-saham yang sudah berada di area jenuh jual.
Strategi Investasi Saat IHSG Tertekan
Dalam situasi ini, investor dapat menerapkan strategi selective buy, terutama pada saham sektor komoditas, pertambangan, dan perbankan syariah. Saham-saham ini dinilai memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang yang baik.
Fath Aliansyah Budiman, Head of Investment Specialist PT Maybank Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa perubahan rating merupakan hal yang biasa terjadi di pasar. Jika fundamental membaik dan valuasi menjadi menarik, analis berpotensi meningkatkan kembali peringkat saham Indonesia.
Kesimpulan
IHSG Tertekan di awal 2025 mencerminkan tantangan besar bagi investor. Namun, peluang tetap ada bagi mereka yang menerapkan strategi investasi yang tepat. Memilih saham-saham potensial dan menunggu sentimen membaik bisa menjadi kunci sukses menghadapi kondisi ini.