Koran Mandala –Pasar saham Indonesia masih mengalami tekanan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.665,045 pada Rabu (12/3), turun 5,86% sejak awal tahun atau secara year to date (YTD). Kondisi ini tentu berdampak pada pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski begitu, beberapa emiten investasi tetap optimis dengan strategi jangka panjang mereka.
Saratoga Investama Tambah Kepemilikan di MDKA
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) terus memperkuat portofolionya. Perusahaan ini baru saja membeli 121,76 juta saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan harga Rp1.405 per saham pada 5 Maret 2025. Sebelum transaksi, SRTG memiliki 4,79 miliar saham MDKA atau setara 19,58% kepemilikan. Kini, setelah transaksi, kepemilikannya meningkat menjadi 4,91 miliar saham atau 20,08% dari total saham MDKA.
Emtek Terus Borong Saham SCMA
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) juga agresif menambah kepemilikan saham di anak usahanya, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Pada 5 Maret 2025, EMTK membeli 74,26 juta saham SCMA dengan harga Rp202 per saham, mengeluarkan dana sekitar Rp15 miliar. Dengan transaksi ini, kepemilikan EMTK di SCMA meningkat menjadi 46,46 miliar saham atau 62,82% kepemilikan.
PALM Pilih Terbitkan Obligasi
Di tengah volatilitas pasar saham, PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) mengambil langkah berbeda dengan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV Tahun 2025 senilai Rp612,2 miliar. Obligasi ini terbagi dalam dua seri, yaitu Seri A sebesar Rp353,53 miliar dan Seri B sebesar Rp258,67 miliar. Strategi ini dinilai efektif untuk mendapatkan pendanaan dengan beban bunga lebih terjaga di tengah proyeksi penurunan suku bunga acuan tahun ini.
Astra International Perkuat Portofolio Investasi
PT Astra International Tbk (ASII) terus mengembangkan investasinya di berbagai sektor strategis. Selain sektor otomotif, ASII berinvestasi di data center melalui kerja sama dengan Equinix sejak 2023. Dalam energi terbarukan, Astra melalui PT United Tractors Tbk (UNTR) telah masuk ke geothermal, solar PV, dan mini hydro. Sementara di sektor kesehatan, Astra berinvestasi di Halodoc dan RS Hermina untuk memperluas ekosistem kesehatan digital.
Prospek Saham Emiten Investasi Tahun 2025
Menurut Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, pelemahan pasar saham mendorong emiten untuk mencari sumber pendanaan alternatif, seperti penerbitan obligasi. Ia menilai strategi ini lebih stabil dibandingkan dengan mengandalkan pasar saham yang volatil.
Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menyoroti kondisi ASII yang memiliki diversifikasi bisnis luas, termasuk sektor otomotif, alat berat, dan jasa keuangan. Dengan fleksibilitas ini, ASII dapat mengelola risiko investasi dengan lebih baik.
Prospek keuangan ASII pada 2025 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan 2024, seiring dengan potensi perbaikan daya beli masyarakat, pertumbuhan sektor otomotif, dan stabilisasi harga komoditas. Azis, analis pasar modal, merekomendasikan trading buy untuk ASII dengan target harga Rp5.200 per saham.
Emiten Optimis di Tengah Tantangan
Meski pasar saham sedang melemah, strategi investasi yang tepat tetap menjadi kunci bagi emiten untuk bertahan dan berkembang. Baik melalui akuisisi saham, penerbitan obligasi, maupun diversifikasi sektor investasi, para emiten investasi tetap optimis menghadapi tantangan tahun 2025. Dengan proyeksi suku bunga yang turun dan strategi bisnis yang solid, saham-saham investasi berpotensi mengalami pemulihan dalam waktu dekat.