Koran Mandala -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang kembali menguat hingga mencapai level 7.000. Namun, semua itu bergantung pada kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia (BI). Jika terjadi pelonggaran suku bunga, investor bisa kembali percaya diri untuk masuk ke pasar saham.
IHSG Masih Dihantui Volatilitas Pasar
Menurut Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh tingginya volatilitas pasar. Hingga akhir Maret 2025, IHSG diprediksi bergerak di kisaran 6.300-6.700 akibat minimnya sentimen positif dalam negeri serta dampak dari kondisi global.
Meski demikian, Rully optimistis bahwa hingga akhir Juni nanti, IHSG masih bisa bergerak di kisaran 6.500 hingga 7.000. Namun, semuanya bergantung pada keputusan BI terkait suku bunga.
Peluang IHSG Menguat Jika Suku Bunga Turun
Salah satu faktor yang bisa mendorong IHSG kembali menguat ke level 6.700-6.800 adalah keputusan BI dalam menurunkan suku bunga pada Maret 2025.
Rully mengingatkan bahwa IHSG sebelumnya menguat saat BI memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke 5,75% pada Januari 2025. Jika kebijakan serupa diambil bulan ini, maka bukan hanya IHSG yang diuntungkan, tetapi juga arus modal asing yang bisa kembali masuk ke pasar saham Indonesia.
Dengan kondisi fundamental yang cukup stabil, seperti cadangan devisa yang kuat dan inflasi yang terkendali, ruang untuk penurunan suku bunga masih terbuka.
Waktu yang Tepat untuk Pemangkasan Suku Bunga
Mirae Asset Sekuritas menilai bulan Maret 2025 adalah waktu terbaik untuk BI memangkas suku bunga. Pasalnya, pada kuartal II, pemangkasan suku bunga lebih sulit dilakukan karena adanya musim repatriasi dividen.
Pada periode tersebut, permintaan terhadap dolar AS meningkat akibat kebutuhan pembayaran dividen, yang berisiko menekan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, jika BI ingin menurunkan suku bunga, maka waktu terbaiknya adalah Maret atau menunggu hingga kuartal III.
Kebijakan Pemerintah yang Menjaga Stabilitas Pasar
Selain kebijakan moneter, investor juga menantikan kebijakan propasar dari pemerintah yang bisa meningkatkan kepercayaan investor. Salah satu kebijakan yang telah diterapkan adalah perpanjangan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE), yang mewajibkan eksportir menyimpan devisanya di dalam negeri selama setahun ke depan.
Kebijakan ini dinilai cukup efektif dalam menjaga nilai tukar rupiah, terutama di tengah tekanan dari dolar AS yang saat ini bergerak di kisaran Rp16.300 per dolar AS.
Investor Menunggu Keputusan BI
Dalam beberapa bulan terakhir, pasar saham mengalami tekanan akibat minimnya kebijakan yang mendukung pertumbuhan investasi. Para pelaku pasar berharap BI segera mengambil langkah strategis, termasuk kemungkinan pemangkasan suku bunga, agar dapat mendongkrak kembali pergerakan IHSG.
Jika kebijakan yang diambil BI dan pemerintah mampu meningkatkan kepercayaan investor, bukan tidak mungkin IHSG akan menembus level 7.000 pada pertengahan tahun ini.