Koran Mandala -Harga saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus mengalami penurunan. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PGEO kini berada di bawah harga penawaran umum perdana (IPO) yang ditetapkan Rp 875 per saham pada Februari 2023.

Pada perdagangan Jumat (14/3), saham PGEO ditutup turun 4,97% ke level Rp 765 per lembar. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar terkait prospek bisnis perusahaan serta strategi yang akan dilakukan untuk menarik minat investor kembali.


Laporan Keuangan PGEO: Laba Naik, Pendapatan Turun

Hingga kuartal ketiga 2024, PGEO mencatat laba bersih sebesar US$ 133,9 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun. Perolehan ini naik tipis 0,30% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 133,5 juta.

Namun, meskipun laba meningkat, pendapatan perusahaan justru turun 0,9% secara tahunan menjadi US$ 306,02 juta. Beban pokok pendapatan juga meningkat 4,4% menjadi US$ 132,19 juta, menyebabkan laba kotor menurun 4,5% menjadi US$ 173,82 juta.


Prospek PGEO: Target Proyek Strategis

Untuk menjaga kepercayaan investor, PGEO menargetkan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Lumut Balai Unit-2. Proyek ini ditargetkan beroperasi secara komersial pada Mei hingga Juni 2025 dan diharapkan menambah kapasitas listrik sebesar 340 megawatt (MW).

Selain itu, PGEO saat ini mengoperasikan total kapasitas 1.887 MW, yang terdiri dari 672 MW dikelola sendiri dan 1.205 MW melalui kontrak dengan klien. Proyek co-generation dengan tambahan 45 MW juga telah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru.

 

Saham Kapitalisasi Besar Bergerak Variatif


Dana IPO PGEO Masih Mengendap Rp 4,08 Triliun

Setelah dua tahun melantai di bursa, PGEO masih memiliki sisa dana IPO sebesar US$ 250 juta atau sekitar Rp 4,08 triliun. Dana ini rencananya akan digunakan untuk pengembangan organik, termasuk belanja modal (CAPEX) guna meningkatkan kapasitas wilayah kerja panas bumi yang sudah beroperasi.

Sekitar 85% dana IPO akan digunakan untuk ekspansi usaha, dengan 55% dialokasikan untuk CAPEX dan 33% untuk investasi pengembangan kapasitas tambahan. Fokus utama pengembangan ini berada di WKP Lahendong, Hululais, Lumut Balai & Margabayur, serta Gunung Way Panas.


Rekomendasi Saham PGEO: Masih Layak Dibeli?

Menurut riset INA Sekuritas, meskipun pendapatan PGEO turun, laba bersih tetap tumbuh karena stabilnya penjualan uap dan listrik. PGEO juga memiliki kondisi keuangan yang solid dengan kas mencapai US$ 657,6 juta.

Para analis merekomendasikan Buy dengan target harga Rp 1.230 per saham, mencerminkan potensi kenaikan hingga 48%. Dengan strategi transisi energi Indonesia yang menargetkan kapasitas panas bumi nasional mencapai 9,3 GW pada 2035, prospek jangka panjang PGEO masih menjanjikan.

Bagi investor jangka panjang, saham PGEO tetap menarik untuk dikoleksi. Namun, tetap diperlukan analisis lebih lanjut terhadap kinerja keuangan dan realisasi proyek strategis yang sedang dijalankan.

 




Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Penulis
Exit mobile version