Koran Mandala -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Selasa (18/3). IHSG ditutup melemah 3,84% ke level 6.223, bahkan sempat menyentuh titik terendah 6.017 atau turun 7,01% pada perdagangan intraday. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi investor, terutama dalam sektor startup Indonesia.
Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan melakukan trading halt sebagai langkah pencegahan terhadap tekanan jual yang tinggi. Menurut CEO MDI Ventures, Donald Wihardja, kondisi ini menambah panjang tech funding winter di Indonesia. Investor global pun semakin ragu untuk menanamkan modalnya di startup Tanah Air.
Penurunan Investasi Startup Indonesia
Berdasarkan laporan DealStreetAsia, jumlah kesepakatan pendanaan startup di Indonesia turun 34% secara tahunan menjadi 85 transaksi. Nilai investasi pun anjlok 66% menjadi US$ 437,8 juta atau sekitar Rp 7,23 triliun. Indonesia mencatat penurunan investasi startup paling dalam dibandingkan enam negara Asia Tenggara lainnya.
Kontribusi investasi startup Indonesia mengalami penurunan drastis dalam tiga tahun terakhir:
- 2021: 40,3%
- 2022: 22%
- 2023: 16,3%
- 2024: 9,6%
Penurunan ini terjadi di semua tahap pendanaan, mulai dari seri C hingga tahap awal. Bahkan, tahun ini tidak ada transaksi pendanaan startup di atas US$ 100 juta, berbeda dengan tahun sebelumnya.
Dampak IHSG Rontok terhadap Rencana IPO Startup
IHSG yang melemah juga berpengaruh terhadap rencana Initial Public Offering (IPO) startup Indonesia. Investor publik dan privat kini semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Menurut General Partner Braxon Capital Pte Ltd, Edward Ismawan, sentimen pasar dan ketidakpastian ekonomi menjadi faktor utama penundaan IPO startup.
BEI mencatat ada 18 perusahaan yang sedang mengantre untuk IPO pada 2024. Namun, kondisi pasar yang fluktuatif dapat menunda atau bahkan membatalkan rencana tersebut.
Langkah Pemulihan Kepercayaan Investor
Untuk menghadapi tantangan ini, berbagai pihak perlu bersinergi dalam membangkitkan kembali kepercayaan investor. Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) bersama organisasi lainnya di Asia Tenggara tengah menyiapkan dokumen governance maturity sebagai bentuk komitmen jangka panjang dalam meningkatkan tata kelola investasi startup di Indonesia.
Menurut Patrick Walujo, pendiri Northstar Group, Indonesia masih memiliki potensi besar di mata investor global. Dengan populasi besar dan sumber daya alam melimpah, negara ini tetap menjadi pasar yang menarik. Namun, tantangan utama terletak pada bagaimana startup bisa menunjukkan model bisnis yang berkelanjutan dan mampu menarik kembali kepercayaan investor.
Kesimpulan
IHSG yang rontok memberikan dampak besar bagi investasi startup di Indonesia. Penurunan ini semakin memperpanjang tech funding winter, membuat investor semakin selektif dalam memilih startup yang akan didanai. Agar dapat kembali menarik minat investor, startup harus fokus pada fundamental bisnis yang kuat dan berkelanjutan.
Pemerintah, investor, dan pendiri startup perlu bekerja sama dalam menciptakan ekosistem yang lebih stabil dan menarik bagi investasi asing. Dengan langkah-langkah strategis, Indonesia masih memiliki peluang besar untuk kembali menjadi pusat perhatian dalam industri startup di Asia Tenggara.