Koran Mandala -Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan pada perdagangan terbaru. Rupiah turun sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.502 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga melemah ke Rp16.501 per dolar AS. Apa yang menyebabkan penurunan ini?
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, pelemahan rupiah dipicu oleh keyakinan pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama tahun ini.
Kebijakan The Fed dan Dampaknya
Dolar AS menguat setelah keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga. Meskipun The Fed masih mempertahankan proyeksi pemotongan 50 basis points (bps) pada 2025, pasar memperkirakan bahwa peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat semakin kecil.
Faktor utama yang membuat The Fed menahan suku bunga adalah data klaim pengangguran Amerika Serikat yang menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja. Data terbaru menunjukkan angka klaim pengangguran sebesar 223 ribu, naik tipis dari 221 ribu sebelumnya. Hal ini menandakan ekonomi AS masih cukup kuat.
Rekayasa Lalu Lintas Mudik Lebaran 2025: Contraflow, One Way, dan Ganjil Genap
Sikap Investor dan Faktor Politik
Para investor tampaknya mengabaikan seruan mantan Presiden AS Donald Trump yang meminta The Fed segera memangkas suku bunga. Bank sentral tidak menunjukkan tanda-tanda akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi global, tarif dagang Trump, dan inflasi juga menjadi pertimbangan. The Fed bahkan menaikkan proyeksi inflasi untuk 2025 dan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS.
Bagaimana Prospek Rupiah ke Depan?
Pelemahan rupiah ini bisa berlanjut jika kebijakan suku bunga tinggi tetap berlaku di AS. Investor akan lebih memilih aset berbasis dolar yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Namun, keputusan Bank Indonesia dalam mengelola stabilitas nilai tukar tetap menjadi faktor penting dalam menjaga pergerakan rupiah.
Masyarakat dan pelaku bisnis diharapkan tetap memantau perkembangan ekonomi global serta kebijakan The Fed yang dapat berdampak langsung pada nilai tukar rupiah.
Dengan situasi ini, penting bagi investor untuk tetap waspada terhadap dinamika pasar. Apakah rupiah bisa kembali menguat? Semua tergantung pada kebijakan moneter ke depan dan bagaimana pasar meresponsnya.