Sebuah pembangkit berbasis EBT, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
KORANMANDALA.COM – Gencarnya agenda dekarbonisasi menyebabkan banyak korporasi dan industri di tanah air begitu aktif menggulirkan beragam program bernuansakan go green alias ramah lingkungan.
Hal itu demi terakselerasinya target pemerintah berkenaan dengan emisi rendah karbon, yaknI Net Zero Emision (NZE) 2060.
Tentunya, sebagai korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor energi, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) pro-aktif mempercepat tercapainya NZE 2060.
Yusuf Didi Setiarto, Direktur Legal & Management Human Capital PT PLN (Persero), pada sela-sela Jabar Smile bertema Electrifying Life Style di Atrium Trans Studio Mal, Jalan Jenderal Gatotsuboroto Bandung, menyatakan, pada masa transisi energi, pihaknya punya konsep.
Baca juga: PLN Serius Topang Proyek IKN Nusantara, Gulirkan Listrik Tanpa Kedip
“Ini konsepnya, turut aktif mengembangkan The Base Bone System yang berbasis The Green & Clean Energy,” tandasnya.
Contohnya, sebut dia, pihaknya terus aktif mengembangkan sumber-sumber The Newable & Renewable Energy alias Energi Baru-Terbarukan (EBT) guna memperkuat dan memperkokoh ketenagalistrikan nasional.
Di antaranya, sebut dia, optimalisasi geothermal, Solar Cell (tenaga surya), wind (tenaga angin, dan gas bumi.
Baca juga: Seperti Ini Trik Terbaru PLN Gairahkan Kinerja Pembangkit Energi Bresih
Selain itu, sambungnya, pihaknya pun berinovasi melalui pengembangan teknlogi yang bersifat The Smart System.
Masa transisi energi ini, jelas dia, mirip dengan beberapa dekade silam, yakni konversi kerosin (minyak tanah0 menjadi Liquid Petroleum Gas (LPG).
Pada tahap awal masa transisi kali ini, ujar dia, pihaknya terus memasyarakatkan pola hidup yang lebih go green. Caranya, melalui penggunaan kompor listrik.
Baca juga: Mantan Gubernur Bank Indonesia Jadi Bos Baru PLN: Agus Martowardojo
“Prosesnya perlahan. Yakni, kami awali secara internal. Lalu, merambah eksternal,” kata dia.
Akan tetapi, Yusuf Didi Setiarto mengakui bahwa transformasi energi listrik berbasis fosil menjadi EBT, semisal pemanfaatan kompor kistrik, bukan perkara mudah.
“Perlu berbagai persiapan dan perencanaan yang prima serta komprehensif, plus daya dukung. Di antaranya, sistem logistik,” tutup dia. (*)