Demikian juga dengan makanan kaleng yang umumnya berlemak akan mudah bereaksi dengan BPA pada lapisan kalengnya. Karenanya hampir sebagian besar penelitian BPA di luar negeri mengambil objek penelitiannya botol susu dan makanan kaleng.
Sementara itu, dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor (IPB), Nugraha Edhi Suyatma menambahkan, plastik PC memiliki banyak keunggulan dibandingkan dari PET. Plastik PC lebih fleksibel sehingga lebih tahan dari risiko pecah atau retak.
Plastik PC juga memiliki ketahanan gores dan ketahanan benturan hingga suhu yang lebih baik. Sehingga, tahan untuk dicuci dengan suhu panas antara 60 sampai 80 derajat celcius dengan penyikatan menggunakan sikat plastik tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan kemasan.
Baca Juga: Desakan Buruh kepada Pemerintah: Upah Minimum 2024 Naik 15 Persen
Adapun galon PET selalu baru, karena hanya digunakan sekali. Namun, galon PET memiliki risiko lebih mudah tergores saat dilakukan pencucian dengan menggunakan sikat.
Dia mengimbau, masyarakat bisa memilih galon berdasarkan aspek karakteristik fungsional kemasan, lingkungan, keamanan pangan, dan aspek ekonomi.
“Perbandingan PC dan PET ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk AMDK dengan galon plastik sesuai kebutuhannya,” kata Nugraha.
Baca Juga: Empat Warga Tewas dan Satu Lainnya Luka Berat Saat Berburu Burung di Hutan Singajaya Garut, Ini Kronoligisnya
Dosen Ilmu Pangan Universitas Soedirman, Karseno mengungkapkan, kemasan pangan apapun yang sudah kategori food grade sebenarnya tidak masalah untuk digunakan. Pangan yang berada dalam kemasan tersebut juga aman untuk dikonsumsi publik.
Kategori kemasan pangan berstandar food grade juga tentu memiliki standarisasi ketat dan tersertifikasi. Hal itu untuk memastikan bahwa kemasan tersebut tidak akan memberikan dampak kepada konsumen.
“Jadi kemasan juga sudah diuji oleh lembaga resmi. Jadi dalam uji kemasan itu terdapat uji migrasi bahan kimia kemasan ke produk, tidak bisa hanya klaim sepihak,” kata Karseno.
Baca Juga: Saat Pesta Miras Dua Teman Dekat Adu Jotos, Satu Korban Tewas di Baleendah
Dia menambahkan, tes umum yang kerap dilakukan adalah ketahanan kemasan pangan dalam suhu tertentu. Hal itu untuk mengetahui pada suhu berapa terjadi migrasi senyawa kimia dari kemasan ke pangan.
“Sehingga rekomendasi kemasan ini aman di suhu sekian, kalau di atas ini bisa mengalami migrasi,” pungkasnya.(zad/fam)