KORANMANDALA.COM – Harga daging dan telur ayam di Pasar Kosambi, Kota Bandung terpantau mengalami kenaikan yang cukup siginifikan. Kenaikan dua bahan pangan yang digandrungi banyak masyarakat itu pun membuat resah pedagang maupun pembeli.
Seorang pedagang daging ayam di Pasar Kosambi, Riawan (38) menyebut harga daging ayam saat ini menyentuh Rp38 ribu satu kilogram pada sebelumya hanya Rp34 ribu sampai Rp35 ribu per kilogram. Kenaikan ini sudah terjadi sejak satu pekan lalu dikarenakan adanya ekspor keluar negeri.
“Untuk kenaikan terlalu signifikan, terlalu mahal. Biasanya kan daging ayam kan murah sekarang bagi pembeli terlalu mahal sih. Pembeli banyak yang mengeluh karena terlalu mahal,” kata Riawan saat ditemui di Pasar Kosambi, Kota Bandung pada Rabu, 24 Mei 2023.
Baca juga: EKSKLUSIF: Tulang Tengkorak Sudah Dibor, Tumor yang Bersarang di Otak Epiyana Batal Diangkat, Alat di RS Santosa Rusak
Riawan pun mengurangi persediaan daging ayam untuk menekan kerugian. Sebab, harga satu ekor ayam dari peternak juga mengalaminya kenaikan Rp4 ribu sampai Rp5 ribu per ekor.
“Stok menurun. Biasanya 5 kuintal sekarang 3 kuintal. Kerugian ya pasti lah. 30 persenan. Naiknya sekitar Rp4 sampai 5 ribu per ekor,” ujarnya.
Dengan kenaikan itu ia hanya bisa berharap agar pemerintah melakukan sejumlah langkah untuk menurunkan harga daging ayam.
Baca juga: KPK Geledah Kantor Kemensos, Lanjutkan Pengusutan Dugaan Korupsi Penyaluran Bansos Beras!
“Untuk pemerintah ya semoga (harga daging ayam) turun lagi, normal,” tuturnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang telur ayam, Eeng (48) mengaku harga telur ayam saat ini melonjak tinggi bahkan melebihi dari harga menjelang lebaran Idulfitri. Saat ini harga telur ayam mencapai Rp33 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp28 sampai 29 ribu per kilogram.
“Udah lebaran malah naik, melonjak tinggi melebihi mau lebaran. Sudah dua pekan yang lalu,” ucap Eeng.
Baca juga: Anak Pakai Smartphone? Ini Bahayanya Kata Bos Ponsel
Senada dengan Riawan, Eeng juga menurunkan persediaan telur ayam yang akan dijualnya. Eeng saat hanya menstok telur ayam hanya 1 kuintal dari yang biasanya 1,5 kuintal.
“Sekitar 1,5 kuintal telur. Sekarang menjadi 1 kuintal,” jelasnya.
Akibat kenaikan harga telur itu, ia banyak mendapati keluhan dari banyak pembeli terutama dari kalangan ibu rumah tangga.
“Sekarang segala mahal, yang mau di makan apa katanya,” kata Eeng seraya menirukan keluhan pembeli.
Baca juga: Asli, No Debat! Spesifikasi Samsung Galaxy S23 Ultra, Bawa Kualitas Kamera Beresolusi 200 MP
Eeng meminta pemerintah agar memantau Harga Eceran Tertinggi (HET) telur ayam. “HET itu harusnya sesuai, jangan HET peternak dikabulkan tapi keinginan HET di pasaran diabaikan oleh pemerintah,” ujarnya.
Terpisah, pembeli daging dan telur ayam, Rama (23) mengakui harga kedua bahan pokok itu memang lebih mahal dari biasanya.
Ia membeli telur ayam sekitar Rp33 ribu per kilogram dari yang biasanya di bawah Rp30 ribu per kilogram. Sedangkan, untuk daging ayam Rp39 ribu sampai Rp40 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp35 ribu paling mahal Rp36 ribu per kilogram.
Baca juga: Asosiasi Lawyer Muslim Indonesia akan Laporkan Rebecca Klopper ke Bareskrim, Warganet : Harusnya Pengunggah Video Syur
“Itu wah (mahal). Ya untuk masyarakat kecil pastinya mengeluh solanya penghasilan ngga seberapa sedangkan bahan pokok (mahal). Enggak logis lah, penghasilan berapa pengeluaran untuk makan berapaLebaran juga ngga sampai meningkat segini,” kata Rama.
Pria yang memiliki usaha warung makan itu berharap ke pemerintah agar menstabilkan harga bahan pokok terutama daging dan telur ayam.
“(Harapannya) untuk harganya lebih stabil lagi karena untuk harga sekarang lebih-lebih dari lebaran kemarin,” tutupnya.(*)