KORANMANDALA.COM – Bagi sebuah negara, ketahanan dan stabilitas pangan merupakan komponen penting. Hal itu pun berlaku di Indonesia.
Agar ketahanan dan stabilitas pangan nasional tercipta, tidak ada salahnya Indonesia mengadopsi dan meniru pola-pola atau sistem-sistem negara lain, khususnya, yang berkaitan dengan pangan. Umpamanya, pola diversifikasi pangan yang dikembangkan India.
Eliza Mardian, Pengamat Pertanian The Center of Reform on Economic (CORE), mengemukakan, tidak ada salahnya, Indonesia belajar kepada India.
Yakni, mengadopsi penerapan sistem diversifikasi pangan. Sistem itu, jelasnya, bisa meminimalisir kebergantungan Indonesia pada satu komoditas pangan, yaitu beras.
BACA JUGA: Izin Kelar, Indonesia Impor Beras (Lagi), Volumenya 1,5 Juta Ton, Ini Kata Plt Mentan
“Sudah saatnya Indonesia menerapkan diversifikasi pangan. Hingga kini, belum ada aksi nyata, masih berupa rekomendasi,” ujarnya.
Eliza Mardian mengutarakan, berkat diversifikasi pangan, India berhasil mengurangi kebergantungannya pada beras. Kini, di India, komoditas pangan utama tidak hanya beras, tetapi juga gandum.
“Komposisinya, yaitu beras sebanyak 43 persen, sedangkan gandum 40 persen. Sisanya, sebanyak 17 persen merupakan komoditas lainnya,” papar dia.
BACA JUGA: Penuhi Kebutuhan Pangan Jabar, Bulog Distribusikan Ratusan Ton Beras
Dia menilai penerapan diversifikasi pangan merupakan cara yang strategis untuk menyikapi terjadinya gejolak harga dan stok komoditas pangan.
Sejatinya, pada masa lalu, ada beberapa komoditas yang merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Yakni, ujar dia, beras, sagu, ketela, jagung, dan beberapa jenis umbi-umbian lainnya.
Akan tetapi, dalam perkembangannya, terjadi pergeseran konsumsi pangan.
BACA JUGA: Dirut Bulog Tegas Soal Beras SPHP: Jangan Campurkan Harga Jualnya dengan Ongkir e-Commerce!
Daerah-daerah yang semula makanan pokoknya non-beras, kini, beralih pada beras dan produk olahan gandum, semisal mie, oatmeal, roti, dan sebagainya, yang merupakan komoditas impor.
Kebergantungan pada komoditas pangan impor, seperti gandum, sahut dia, pun bisa berdampak negatif bagi Indonesia.
Terjadi konflik yang melibatkan negara produsen gandum, seperti Rusia dan Ukraina, tentunya, hal itu berpengaruh pada pasokan gandum.
BACA JUGA: Upaya Bulog Perkokoh Stok Beras: Siap Impor Beras (Lagi)
“Jadi, sudah saatnya, Indonesia menerapkan diversifikasi demi terciptanya stabilitas pangan,” ucapnya. (std/win)