KORANMANDALA.COM -Pasca hantaman Covid-19, secara perlahan tapi pasti, perekonoian di berbagai daerah, khususnya, Jabar, terus menunjukkan perkembangannya. Satu indikatornya, tercermin pda performa dan kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK).
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional (KR) 2 Jabar menunjukkan, secara keseluruhan stabilitas dan risiko IJK Jabar tetap terjaga dan likuiditasnya memadai.
Hingga April 2023, OJK menyatakan, secara umum, perbankan Jabar menunjukkan pergerakan positif. Kondisi itu tercipta berkat fungsi intermediasi dan tingkat risiko yang terjaga.
Indarto Budiwitono, Kepala OJK KR 2 Jabar, mengiyakan perbankan Jabar terus menunjukkan perkembangan positif. Di Satu indikatornya, kata Indarto Budiwitono, yakni pada nilai aset.
Baca juga: Turun Rp3 Juta! Harga HP Flagship Xiaomi 12 Jadi Seharga HP Midrange, inilah Spesifikasi Lengkapnya
“Secara kumulatif, hingga April 2023, nilai aset perbankan Jabar pada posisi Rp 921 triliun. Secara tahunan, angka itu berkembang 1,67 persen,” tandas Indarto Budiwitono.
Indikator lainnya, lanjut dia, penyaluran kredit perbankan di Jabar pun turut bergeliat. Secra tahunan, kredit perbankan di tatar Pasundan, yang didominasi kredit konsumsi, yakni 49 persen, ungkapnya, menggeliat 7,20 persen.
Tidak hanya aset dan penyaluran kredit, sambung mantan atlet pencak silat ini, perbankan Jabar pun sukses mempertahankan kinerja intermediasinya secara positif. Misalnya, sebut dia, dalam hal Loan to Deposit Ratio (LDR) dan rasio Non-Performing Loans (NPL).
Baca juga: 15 Link Gambar Ucapan Hari Raya Idul Adha 2023 Gratis! Cocok untuk Story Sosial Media Anda
Dalam hal LDR, sebutnya, perbankan Jabar mencatat angka 88,97 persen. “Sedangkan rasio NPL perbankan Jabar, yakni pada posisi 3,80 persen,” sahut Indarto Budiwitono.
Pencapaian positif juga ditorehkan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), seperti korporasi pembiayaan atau multi-finance. Alumnus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandung ini menuturkan, hingga April 2023, secara tahunan, total pembiayaan berkembang 10,87 persen atau menjadi Rp 70,78 triliun.(*)