KORANMANDALA.COM – Rencana pemerintah untuk memiliki fasilitas transportasi massal berteknologi canggih, yakni kereta cepat, akhirnya terwujud. Beberapa waktu lalu, Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, melakukan soft launching Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang kini resmi bernama Whoosh.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana nasib kereta reguler rute Bandung-Jakarta yang selama ini mengandalkan Argo Parahyangan?
Joni Martinus, Vice President Public Relation PT KAI (Persero), menyampaikan, kehadiran Whoosh tidak berpengaruh pada volume penumpang Argo Parahyangan.
Satu indikatornya, jelas mantan Manager Hubungan Masyarakat (Humas) PT KAI (Persero) Daerah Operasional (Daop) 2 Bandung ini, yakni okupansi penumpang.
BACA JUGA: Duh, PT KAI Jadi yang Bertanggung Jawab atas Utang Proyek Kereta Cepat, Benarkah?
“Rata-rata, okupansi penumpang Argo Parahyangan pada momen weekend, yaitu Jumat-Minggu, sekitar 7 ribu orang per hari,” kata Joni Martinus, Kamis, 12 Oktober 2023.
Sedangkan volume penumpang Argo Parahyangan pada momen weekday, yakni Senin-Kamis, rata-rata sebanyak 5 ribu orang per hari.
Soal ada tidaknya rencana penyesuaian tarif Argo Parahyangan siring dengan akivasi Whossh, Joni Martinus menjelaskan, hingga kini, pihaknya tetap mengacu pada Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB) berkenaan dengan penetapan tarif Argo Parahyangan.
BACA JUGA: Pemerintah Serius Garap Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Susun Konsep dan Cetak Biru
Nominal TBA dan TBB tersebut, lanjut Joni Martinus, ditentukan oleh pemerintah.
Saat ini, ungkap Joni Martinus, Argo Parahyangan tetap aktif melayani masyarakat. Pihaknya, ucap dia, mengaktifkan 20 perjalanan Argo Parahyangan per hari.
“Terdiri atas 10 perjalanan Bandung-Jakarta dan 10 perjalanan Jakarta-Bandung,” sebut Joni Martinus. (win)