KORANMANDALA.COM – Belakangan ini udara di Jawa Barat (Jabar) terutama di Kota Bandung melebihi batas nomal.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Bandung pun mengungkap penyebabnya.
PMG Muda, BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Yuni Yulianti mengatakan, kurangnya penutupan awan telah terjadi sejak bulan lalu. Dengan begitu, penyinaran matahari ke Jabar terutama di daerah Bandung menjadi lebih intens
“Tutupan awan di September, Oktober ini sangat kurang. Jadi penyinaran matahari ini sangat intens ke wilayah Jawa Barat khususnya Bandung dan sekitarnya,” kata Yuni, Senin 16 Oktober 2023.
Baca juga:Terseret Ombak Laut Pantai Selatan Garut, Jasad Korban Belum Diketemukan
Akibat fenomena itu, pada September dan Oktober, suhu udara di Bandung mencapai 33 derajat celcius bahkan lebih. Mengingat, posisi matahari berada di bagian selatan Indonesia.
“Itu sangat optimum, dan menaikkan juga dari suhu maksimum di wilayah Jawa Barat termasuk di Bandung,” ujarnya.
Menurutnya, suhu panas ini bisa berdampak pada kesehatan masyarakat.
Baca juga: Pemkot Bandung Punya Trik untuk Kendalikan Harga Komoditas Pangan, Ini Jurusnya
Sebab, suhu di siang hari begitu panas sedangkan di pagi harinya begitu dingin.
“Suhu di siang hari panas, di pagi berasa dingin. Perbedaan suhu yang sangat panjang bisa berdampak pada kesehatan,” tuturnya.
Yuni menambahkan, kondisi angin di Jabar masih didominasi oleh angin timur atau yang bergerak dari arah tenggara. Kecepatan minimum angin di wilayah Bandung Raya sendiri berada pada kisaran 5 hingga 20 kilometer per jam.
Baca juga: MK Tolak Batas Minimal Usia Capres-Cawapres, Pengamat Politik: Keputusan Tepat!
“Itu cukup kencang yah. Jadi terasa udaranya panas dan berangin seperti itu di Oktober dan diprediksi di November awal masih berlaku cuaca seperti ini,” kata dia menambahkan. (zad/ekp)