KORANMANDALA.COM – Fahmy Radhi, Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatakan, setidaknya dibutuhkan waktu 10 hingga 15 tahun untuk membangun ekosistem hilirisasi industri.
Menurut Fahmy, Indonesia bisa mengerjakan bijih nikel menjadi alat transport bertenaga listrik.
Pengolahan bijih nikel untuk membuat kendaraan listrik membutuhkan lebih dari sekedar smelter. Pabrikan yang mengolah produk hilir menjadi bahan utama baterai. Kemudian baterai dibuat untuk mobil listrik.
“Kalau road map-nya sudah jelas, bisa diimplementasikan. Syaratnya hanya konsistensi” ujar Fahmy.
Baca juga: Pantesan Aja Best Seller, Ternyata Motor Listrik Davigo Dragon S Punya Spesifikasi yang Gak Main main, Yuk Cek Spesifikasi Lengkapnya Disini!
Oleh karena itu pemerintah tidak boleh goyah, meski ada guncangan eksternal.
Yang terbaru misalnya rekomendasi International Monetary Fund atau IMF kepada Indonesia untuk mempertimbangkan penghapusan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel, bauksit dan barang lainnya.
Atau yang terjadi sebelumnya, yakni gugatan larangan ekspor bijih nikel di World Trade Organization (WTO).
Baca juga: Premium! Angsuran Cuma 500 Ribuan Bisa Bawa Motor Listrik Alva Cervo Punya Jelajah 250 km
Menurut Fahmy, kalau pemerintah melepas Freeport, maka pengusaha nikel, bauksit akan menuntut yang sama.
Kalau semua orang menuntut dan mengizinkan, kata Fahmy, maka hilirisasi akan bubar.
Fahmy mengatakan sumber daya hulu penting karena memberi nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.
Baca juga: Trend Anak Kuliahan Pakai Motor Listrik Mandala Lite Harganya Cuma Rp5 Jutaan, Cek Spesifikasi di Sini Guys!
Padahal, kata dia, hilirisasi merupakan faktor krusial dalam transisi Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju dan modern.
“Dengan demikian pertumbuhan ekonomi disumbang oleh industri. Tidak lagi disokong oleh sektor konsumen” katanya.(*)