KORANMANDALA.COM – Bergulirnya program dekarbonisasi alias Net Zero Emision (NZE) yang dicanangkan banyak negara, termasuk Indonesia, membuat korporasi-korporasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agresif membangun dan mengembangkan The Green Economy. Satu di antaranya, berkonsep The Green Energy alias Energi Hijau.
Sebagai industri strategis Merah Putih, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) sangat berkepentingan menyukseskan agenda NZE, yang ditargetkan pemerintah tercapai pada 2060.
Namun, agar skema energi hijau lebih terakslereasi dan bergeliat, PT PLN (Persero) memerlukan biaya yang bernilai super mewah.
Berapa nilai kebutuhannya?
BACA JUGA: PLN Perkuat Kolaborasi dengan China, Teken Perjanjian dengan Sembilan Korporasi
Mengutip beberapa sumber, Suroso Isnandar Direktur Manajemen Resiko PT PLN (Persero), mengemukakan, agar program energi hijau terakselerasi dan optimal, pihaknya membutuhkan dana investasi 155 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp 2.442,6 ribu triliun.
“Kami membutuhkan investasi 155 miliar dolar AS untuk pembangunan dan pengembangan energi hijau selama 17 tahun mendatang atau periode 2023-2040,” ujarnya, Rabu 18 Oktober 2023.
Suroso Isnandar berpendapat, pemanfaatan investasi bernilai super-jumbo itu untuk membangun pembangkit listrik, menambah kapasitas transmisi-distribusi. Termasuk, tuturnya, menggarap The Smart Grid.
BACA JUGA: Bulog: Akhir Tahun Ini, Ratusan Ribu Ton Beras Impor Tiba di Indonesia
Pemanfaatan dana investasi itu, lanjutnya, mengacu pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2023-2040.
Secara rinci, Suroso Iskandar mengungkapkan pemanfaatan dana investasi itu, Yakni, kebutuhan dana untuk pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 30,9 Mega Watt (MW) bernilai sekitar Rp 1.200 triliun.
Lalu, sambungnya, kebutuhan dana untuk membangun sistem transmisi dan distribusi berkapasitas 27,7 Giga Watt (GW) bernilai Rp 500 triliun.
BACA JUGA: Beberapa Rute Perjalanan Masih Terlambat, Kereta Mana Sajakah?
Sedangkan pembangunan The Smart Grid Solar Panel sejauh 18,537 Kilometer Sirkuit (KMS), ujarnya, bernilai Rp 300 triliun.
Pemanfaatan lainnya, imbuhnya, yakni memperkuat keandalan sekaligus pemerataan pasokan listrik di berbagai wilayah tanah air. (win)