KORANMANDALA.COM – Publik Kota Bandung pasti sangat bangga karena Stadion Sidolig terpilih sebagai venue pada pentas The Federation Internationale de Football Association (FIFA) World Cup U-17 alias Piala Dunia U-17 2023 pada 10 November-2 Desember 2023.
Pada pentas itu, Stadion Sidolig menjadi tempat berlatih beberapa tim kontestan Piala Dunia U-17 2023. Adanya hal itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) menerbitkan surat bernomor B/PO.05;03;03.05/3427-Dispora.
Surat yang ditandatangani Kepala Dispora Kota Bandung, Eddy Marwoto, itu berisi menghentikan seluruh aktivitas di Stadion Sidolig, seperti perdagangan, perkantoran, mess pemain, dan lainnya pada 26 Oktober-26 November 2023.
Alasan penghentian aktivitas itu karena Stadion Sidolig termasuk Trainning Site beberapa tim peserta Piala Dunia U-17 2023.
BACA JUGA: PKL di Stadion Sidolig akan Ditutup Selama Piala Dunia U-17? Pedagang Minta Konpensasi
Adanya penghentian aktivitas itu membuat para pedagang di area Stadion Sidolig menjerit. Pasalnya, penghentian aktivitas itu berpotensi menyebabkan mereka kehilangan penghasilan selama hampir satu bulan.
“Memang ada kompensasi dari Dispora Kota Bandung. Tapi, hanya berupa gratis sewa toko atau lapak selama satu bulan. Selain itu, tidak ada kompensasi lainnya,” ungkap Udin, seorang pedagang jersey Persib yang selama ini aktif berjualan di Stadion Sidolig, Kamis 26 Oktober 2023.
Udin menuturkan, penggratisan biaya sewa toko selama satu bulan tidak bisa menutupi kebutuhan keluarganya. Dia menjelaskan, selama berjualan, pihaknya membayar sewa toko berukuran kecil seharga Rp 800 ribu per bulan.
Sedangkan biaya sewa toko yang berukuran lebih luas, yakni sekitar Rp 3,5 juta per bulan.
Bicara soal omzet, Udin mengatakan, rata-rata, pihaknya mengantungi omzet gross, Rp 300 ribu-Rp 500 ribu per hari. Nilai itu belum termasuk biaya operasional harian.
Seandainya tidak beraktivitas selama satu bulan, lirih Udin, ini berarti, pihaknya mengalami kerugian minimalnya sekitar Rp 9 juta.
BACA JUGA: Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17, Ini Jadwal Lengkapnya
“Dana itu untuk biaya hidup yang saat ini sangat mahal. Lha, kalau kompensasinya hanya gratis biaya sewa Rp 800 ribu, saya harus menghidupi keluarga dari mana?” ucap Udin lirih.
Opik, pedagang lainnya, menambahkan, kompensasi berupa gratis biaya sewa toko tidak sebanding dengan pemenuhan kebutuhan.
Opik mengaku menyewa sebuah toko yang berukuran lebih luas daripada Udin. Biaya sewanya lebih mahal, yakni Rp 2,5 juta per bulan.
BACA JUGA: Tiket Piala Dunia U-17 di Bandung dan WHOOSH Bakal Jadi Bundling
Mirip Udin, Opik mengatakan, rata-rata omzet per hari Rp 300 ribu-Rp 500 ribu. Sangat jarang, ungkapnya, memperoleh omzet yang nilainya Rp 1 juta per hari.
“Jadi, kompensasi itu tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan kami, para pedagang selama satu bulan,” kata Opik. (win)