KORANMANDALA.COM – Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), turut dirasakan produsen tahu dan tempe. Bagaimana tidak, sebesar 90 persen kebutuhan kacang kedelai dalam negeri mengandalkan kedelai impor.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifudin mengatakan sudah dua bulan harga kacang kedelai tidak stabil.
“Kenaikan harga kedelai dimulai dari bulan September 2023, jadi sudah dua bulan ini naik terus sampai sekarang.Dari Rp9.000 ribu karena naiknya setiap hari, dua hari tiga hari naik, sampai sekarang terus naik, sekarang harganya sudah Rp13.500 jadi sudah 40 persen naiknya, trennya ini diperkirakan sampai Desember masih akan terus naik,” kata Aip pada Selasa, 31 Oktober 2023.
Kendati begitu, hingga saat ini harga tahu dan tempe di pasaran pada umumnya masih normal alias belum ada kenaikan. Alih-alih menaikkan harga produknya, banyak produsen memilih untuk mengurangi jumlah produksi.
Baca Juga: Kenali Tanda-Tanda Serangan Jantung yang Akibatnya Fatal bagi Kehidupan
“Jadi sekarang istilahnya kita puasa Senin Kamis, mengurangi produksi disamping kita juga keuntungan berkurang lebih tipis. Malahan ada juga ditipiskan plus plos nggak ada untung,” kata Aip.
Untuk mengatasi masalah ini, Gakoptindo tengah berupaya agar kacang kedelai bisa mendapatkan subsidi dari pemerintah, sehingga harganya bisa lebih terjangkau bagi para produsen tahu dan tempe.
“Karena berbicara undang-undang tentang pangan, disebutkan bahwa pemerintah wajib membantu pangan strategis, di dalamnya termasuk kedelai yang sampai sekarang masih belum terealisasi, berbeda dengan jenis pangan lainnya seperti beras, gula, jagung, yang sudah sudah mendapatkan bantuan,” ujarnya.
Baca Juga: Jabar Selatan Bisa Jadi Mesin Penghasil Cuan yang Baru
Apalagi, menurut Aip, isu kenaikan harga kedelai impor ini bukanlah hal baru, sehingga sudah seharusnya pemerintah bisa lebih mengatisipasi kenaikannya.
Senada dengan Aip, Agus Permana (37) yang merupakan seorang produsen olahan kedelai di Kawasan Sentra Tahu Cibuntu, mengaku sudah mulai mengurangi jumlah produksi tahu sejak sebulan terakhir lantaran harganya tidak stabil.
“Sekarang produksi berkurang, biasanya kita beli kadang 5 karung sekarang 4 sekarung isi 50kg, karena yang jualannya menurun,” ujar Agus ditemui Koran Mandala di Kawasan Cibuntu, Kota Bandung.