Aep menambahkan, produsen tahu dan tempe mau-mau saja menggunakan kedelai lokal, asal sudah ada standarisasinya. Apalagi, dari kualitas kedelai lokal sebenarnya lebih unggul.
“Kalai bicara vitamin kedelai lokal itu jauh lebih baik dari pada impor. Dari nilai gizi, kalau diolah menjadi tahu aromanya lebih harum, teksturnya lebih empuk, rasanya lebih gurih,” imbuhnya.
Pada 1992 sampai sekitar 1994, kedelai lokal ini pernah eksis, dan memenuhi bahan pangan masyarakat di Indonesia.
Baca Juga: Thariq Halilintar Disidang Orang Tua, Gara-gara Aaliyah Massaid Gelendotan?
“Selama 3 tahun swasembada kedelai kita ini, produksi kedelai dan kebutuhan kedelai tahun 80-an itu hampir 2 juta ton dan itu terpenuhi kedelai lokal, tapi sekarang saya jiga tidak tahu mesti ditanyakan kepada Kementan,” katanya.(std/fam)