KORANMANDALA.COM – Terjadinya kenaikan harga jual berbagai komoditas memicu inflasi. Kondisi itu pun terjadi di Jabar.
Lalu, daerah Jabar mana yang mengalami inflasi paling rendah?
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar menunjukkan, Kota Bandung merupakan daerah yang mengalami inflasi terendah di Jabar, yaitu 2,30 persen.
Indeks Harga Komsumen (IHK) Kota Kembang pada periode Oktober 2023, yakni 115,54 poin.
BACA JUGA: Setelah Perkasa Selama Dua Hari, Pergerakan Rupiah Melempem Lagi
“Daerah di Jabar yang mengalami inflasi terbesar yakni Kota Cirebon, sebesar 3,2 persen. Acuannya, IHK Kota Cirebon periode Oktober 2023 113,36 poin,” kata Dudung Supriyadi, Ketua Tim Statistik Distribusi BPS Jabar, Rabu 1 November 2023.
Kota-kabupaten lainnya yang termasuk penyumbang inflasi terbesar bagi Jabar, yakni Kota Tasikmalaya sebesar 3,03 persen. Diikuti Kota Bogor sebesar 3,01 persen.
Lalu, sebut dia, inflasi Kota Sukabumi pada posisi 2,88 persen. Kemudian, tuturnya, inflasi Kota Bekasi sebesar 2,68 persen.
BACA JUGA: Waduh, Investasi pada GoTO Jadi Blunder? Telkom Teranam Rugi Besar
“Sedangkan inflasi Kota Depok yakni 2,39 persen,” ucapnya.
Secara tahunan, jelas Dudung Supriyadi, Jabar mengalami inflasi 2,58 persen. Inflasi Jabar itu, ujarnya, melebihi level nasional, yakni 2,56 persen.
Kondisi itu, terangnya, terjadi karena terjadinya pertambahan IHK, yakni yang semula 114,15 menjadi 117,10.
BACA JUGA: Harga Beras Semakin Mahal, Apa Biang Keroknya? Ini Penjelasan BPS
Terjadinya inflasi di Jabar, jelas dia, akibat terjadinya kenaikan harga jual beberapa komoditas dan indeks kelompok pengeluaran.
Di antaranya, sebut dia, kelompok makanan, minuman dan tembakau (5,25 persen). Lalu, ujarnya, pakaian dan alas kaki (2,13 persen).
Kemudian, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga (1,04 persen). Selanjutnya, perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (1,44 persen).
BACA JUGA: Pasokan Listrik Tersendat Sebabkan Perjalanan Dua Rangkaian Whoosh Terganggu
Selain itu, tuturnya, kesehatan (2,63 persen), transportasi (1,14 persen), informasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,23 persen). (win)