KORANMANDALA.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus menunjukkan tren pelemahan dalam beberapa bulan terakhir.
Pelemahan ini membawa berbagai dampak yang mengkhawatirkan bagi perekonomian Indonesia.
Dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat merambat ke berbagai sektor, mengganggu kestabilan ekonomi dalam negeri.
Proyek konstruksi dan infrastruktur banyak yang terdampak, begitu juga dengan kelangsungan investasi yang mulai terganggu.
Salah satu sisi negatif dari menurunnya nilai tukar rupiah adalah inflasi. Pelemahan rupiah menyebabkan harga barang impor, terutama bahan baku dan barang konsumsi, meningkat.
Kenaikan ini berpotensi mendorong inflasi domestik yang tinggi. Sektor yang paling terdampak adalah industri manufaktur yang sangat bergantung pada bahan baku impor.
Selain itu, kenaikan harga barang impor, termasuk kebutuhan pokok, dapat mengurangi daya beli masyarakat.
Ini berdampak langsung pada konsumsi domestik, yang merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan daya beli yang menurun, pertumbuhan ekonomi bisa terhambat.
Di tengah tren pelemahan ini, terdapat sedikit kabar baik. Nilai tukar rupiah menguat tipis dalam penutupan perdagangan hari ini. Rupiah menguat 47 poin menjadi Rp 16.365 per dolar Amerika Serikat (AS).