KoranMandala.com – Sekitar 22 perusahaan sektor padat karya di Jawa Barat dikabarkan telah tutup. Perusahaan tersebut merupakan bagian dari 42 perusahaan yang tergabung sebagai anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Jawa Barat. Hal itu diungkapkan Anggota Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Provinsi Jawa Barat (PPTPJB) Desi Sulastri yang mengutip data Apindo, beberapa waktu lalu.
Menurut laporan yang diterima Desi, perusahaan tersebut tutup dan atau merelokasi usahanya ke daerah lain.
Hingga sekarang gelombang penutupan pabrik tekstil masih berlanjut. Puluhan ribu mantan buruh pabrik kini jadi pengangguran baru, tanpa penghasilan dan jelas akan menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan.
Baca Juga: Bey Machmudin Lanjutkan Tugas sebagai Penjabat Gubernur Jawa Barat
Belakangan, rilis BPS Jawa Barat bulan Agustus 2024 seolah mengkonfirmasi penurunan daya beli masyarakat.
Provinsi Jawa Barat kembali mencatatkan deflasi pada Agustus 2024. Tercatat deflasi kali ini sebesar 0,03 persen secara bulanan dan menyebabkan Indeks Harga Konsumen (IHK) jatuh ke angka106,06 pada Agustus 2024. Perlu diwaspadai, ijj adalah deflasi keempat yang dialami Jawa Barat sepanjang tahun ini.
Deflasi di Jawa Barat didorong oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,52 persen, dengan kontribusi terhadap deflasi sebesar 0,15 persen. Penurunan harga pada komoditas-komoditas tertentu, seperti daging ayam ras, telur, serta bawang merah, menjadi faktor kunci penurunan indeks harga pada sektor ini.
Di sisi lain, inflasi terjadi pada beberapa komoditas, seperti bensin dan cabai rawit, dengan sumbangan inflasi sebesar 0,03 persen. Beras dan sigaret kretek mesin juga memberikan kontribusi terhadap inflasi sebesar 0,1 persen. Meski demikian, tekanan inflasi dari komoditas-komoditas tersebut tidak cukup kuat untuk mengimbangi penurunan harga pada kelompok lainnya.
Meskipun inflasi secara tahunan (year-on-year) di Jawa Barat tercatat sebesar 2,12 persen, tren deflasi bulanan yang terus berulang mengindikasikan adanya dinamika ekonomi yang perlu diwaspadai. (Tim KoranMandala.com)