KORANMANDALA.COM – Seni bela diri tradisional Indonesia pencak silat, kini menjadi salah satu fokus utama budayawan dalam upaya pelestarian budaya bangsa.
Sebagai warisan leluhur yang kaya akan nilai filosofis dan spiritual, pencak silat tidak hanya menawarkan teknik pertahanan diri, tetapi juga mengajarkan kearifan lokal dan kebijaksanaan hidup.
Dalam beberapa tahun terakhir berbagai pihak mulai menyadari pentingnya melestarikan pencak silat sebagai bagian dari identitas nasional.
Baca Juga ; Kode Redeem Free Fire FF 27 Juni 2024, Masih Works atau Valid, Intip Juga yang Muncul Sebelumnya!
Sutarjat yang akrab disapa Bang Joy (42), selaku ketua dari padepokan seni Munding Laya Siliwangi menjelaskan strateginya dalam melestarikan seni bela diri ini.
“Kami mencoba menyatukan sistem budaya ini dengan pendekatan modern, sehingga anak-anak muda bisa ikut serta melestarikan pencak silat,” ujar Bang Joy pada 27 Juni 2024.
Namun di era modern ini melestarikan pencak silat menjadi semakin sulit karena tantangan globalisasi dan teknologi.
“Dengan banyaknya sistem modern yang semakin maju, menjauhkan kita dari akar budaya, kami sebagai penggerak silat menghadapi kesulitan dalam mensosialisasikan seni ini kepada generasi muda,” tambahnya.
Untuk melestarikan budaya peninggalan leluhur Padepokan Munding Laya Siliwangi telah turun temurun meneruskan seni bela diri pencak silat sejak dahulu hingga sekarang memasuki generasi keenam. Tidak hanya mengandalkan latihan fisik tetapi juga melatih hati untuk menerapkan nilai Filosofi dan Motto yang ada
“Filosofi kami adalah Sili Asah, Sili Asih, Sili Asuh, dan untuk Motto kami, datang papageun, balik anterken bila perlu bahanan” Ujarnya menggambarkan semangat persaudaraan dan saling menghormati sesama manusia.