KoranMandala.com -Namanya Sanca Bulan atau Boelen’s Python (Simalia boeleni), ular endemik yang hidup di pegunungan dengan suhu rendah dan kelembaban tinggi.
Ular ini pertama kali ditemukan oleh Dr. K.W.J. Boelens pada 25 Desember 1952, makanya dinamakan Sanca Bulan. Meski sempat masuk genus Morelia, kini secara ilmiah namanya Simalia boeleni.
Habitatnya ada di hutan tropis di pegunungan dengan ketinggian di atas 1000 mdpl. Karena suka tempat gelap dan lembab, ular ini susah ditemukan. Bahkan Dr. Boelens menemukannya di ketinggian sekitar 1500 mdpl.
Hewan Purba yang Berukuran Super Besar, Kerabatnya Ada Hingga Sekarang
Sanca Bulan punya motif warna unik. Ketika baru menetas, tubuhnya berwarna coklat kemerahan. Tapi seiring bertambah umur, warnanya berubah jadi hitam mengkilap dengan gradasi biru, oranye, ungu, atau merah kalau kena sinar matahari.
Ukurannya juga cukup besar. Betina bisa mencapai panjang 1,5 – 2 meter dalam 2 tahun, sementara jantan bisa mencapai 2,5 meter di usia 4-6 tahun.
Tapi, jangan salah, pertumbuhannya lebih lambat dibanding sanca batik atau sanca bodo yang bisa tumbuh sampai 8 meter.
Sayangnya, meski unik, Sanca Bulan masuk dalam Appendix II yang artinya populasinya terancam. Pemerintah Indonesia sudah menetapkan kuota nol untuk perdagangannya. Jadi, sekarang gak boleh lagi diambil dari alam liar.
Ancaman utama bagi Sanca Bulan adalah eksploitasi ilegal, terutama untuk dijadikan hewan peliharaan atau diambil kulitnya. Bahkan, beberapa penduduk lokal juga mengonsumsinya sebagai bahan pangan.
Karena habitat aslinya yang spesifik, Sanca Bulan sulit sekali untuk ditangkarkan. Kelembaban, suhu, dan intensitas cahaya harus benar-benar disesuaikan agar ular ini bisa bertahan hidup di luar habitatnya.
Ular ini bukan cuma indah, tapi juga bagian penting dari ekosistem Papua. Jangan sampai kita kehilangan keanekaragaman hayati yang luar biasa ini.***