“Kenapa kamu tidak ikut melukis?” tanya seniman itu sambil tersenyum.
Rian terkejut. “Saya tidak bisa melukis,” jawabnya pelan.
“Setiap orang bisa melukis, asal mau mencoba,” kata seniman itu. Dengan sedikit ragu, Rian pun mengambil kuas dan mulai mencoret-coret kanvas.
Saat ia menciptakan goresan demi goresan, perasaan lega mengalir dalam dirinya. Dia merasa seolah semua beban yang ia pikul selama ini terangkat. Melalui lukisannya, Rian bisa mengekspresikan semua perasaannya, cita-cita, kerinduan, dan harapan yang terpendam.
Rian Menjadi Pelukis
Hari-hari berikutnya, Rian menyempatkan diri untuk kembali ke taman. Dia belajar dari seniman tua itu dan menemukan kembali hasratnya yang hilang. Di tengah kesulitan hidup, melukis menjadi pelarian yang membuatnya merasa hidup.
Suatu hari, seniman itu berkata, “Kamu punya bakat, Rian. Kenapa tidak mencoba untuk ikut pameran seni?”
Rian tertegun. “Tapi saya hanya seorang buruh. Siapa yang akan peduli dengan lukisan saya?”
“Orang-orang akan peduli jika kamu menunjukkan hati dalam karyamu,” jawab seniman itu.
Dengan dorongan dari seniman, Rian memberanikan diri untuk mendaftar di pameran. Dia bekerja keras melukis setiap malam setelah pulang dari pabrik. Ketika hari pameran tiba, Rian merasa gugup. Namun, saat melihat lukisannya dipajang di depan banyak orang, jantungnya berdebar dengan penuh harapan.