KoranMandala.com -Gang Apandi di Jalan Braga Bandung, Ternyata Punya Cerita Kelam dan Menyedihkan
Pernahkah kalian ketika jalan-jalan di Braga melihat ada sebuah lorong alias gang bernama Gang Apandi ?
Ternyata, lorong itu dahulunya dijadikan tempat penyimpanan mayat para gerilyawan juga warga yang tinggal di belakang bangunan itu.
Olahraga Pound Fit Meriahkan Hari Perhubungan Nasional 2024 di Kota Bandung, Wargi Segera Daftar!
Hal itu diungkap anggota Tim Ahli Cagar Budaya kota Bandung, David Bambang Soediono. Menurutnya, ketika Indonesia merdeka, Belanda pun ingin sekali menjajahnya lagi sehingga muncul zaman bersiap, pemuda bersiap.
“Bandung dibagi dua. Garis demarkasinya yakni rel kereta api. Di atas rel kereta api bagian Belanda, bagian selatannya Indonesia. Saat itu, kampung di belakang gedung pintu masuk Gang Apandi dihuni para gerilyawan. Belanda pun berstrategi ingin menyerang mereka tetapi terhalang batas perjanjian,” katanya.
Perkampungan di belakang Jalan Braga yang pintu masuknya adalah Gang Apandi ditempati banyak gerilyawan.
“Jadi, Belanda berstrategi jika menyerang secara fisik tak bisa, sebab Jalan Braga berada di selatannya rel kereta dan itu masuk wilayah Indonesia, sehingga mereka melanggar perjanjian. Akhirnya, Belanda punya cara lain, dengan membuka pintu air Sungai Cikapundung yang ada di Dago atas,” ujarnya.
Setelah itu, banjir melanda. Banyak yang meninggal tak hanya gerilyawan melainkan penduduk tak berdosa pun meninggal sampai anak kecil dan orang tua.
“Jenazahnya disimpan dan dijejerkan di sepanjang lorong Gang Apandi supaya tak terjemur atau terkena hujan. Jenazah itu disimpan dibungkus gunakan tikar dan sejenisnya,” ujarnya.***