Menurutnya, masyarakat akan memberi lebih banyak hadiah jika si pengemis lebih tersiksa, misalnya mengguyur atau merendam badan mereka lebih lama.
“Itu yang harus ditangkap. Ini masuk kategori orang yang bukan karena terpaksa tapi justru dia mengeksploitasi penderitaan orang-orang yang tidak berdaya untuk memperkaya dirinya sendiri,” jelas Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR tersebut.
Dampak Video Viral Yanti TKW Taiwan
Fenomenan mengemis online yang melibatkan orangtua di media sosial TikTok kini menjadi perhatian khusus masyarakat.
Meski berdampak buruk, mengemis online ini tidak bisa ditindak seperti pengemis pada umumnya yang biasa ditemui di jalanan.
Untuk itu, Prof. Bagong meminta agar masyarakat tidak menyumbang atau memberikan hadiah kepada konten kreator seperti itu.
Prof. Bagong juga berharap supaya pemerintah dan masyarakat untuk adil dan tidak menstigma negatif terhadap orang miskin.
Sebab, masih banyak masyarakat miskin yang perlu dibantu sehingga mereka mau tidak mau harus mengemis.
Tindakan keras justru harus diberikan kepada orang-orang yang ‘memanfaatkan’ masyarakat miskin untuk kepentingan Pribadi.
“Ini harus dipilah, kita tidak bisa menghakimi semuanya salah, harus dilihat siapa yang melakukan karena dia butuh hidup, itu tidak masalah. Inikan sama seperti artis yang membuka donasi terbuka, kan sama. Lah kenapa kalau artis tidak dikecam, orang miskin dikecam,” pungkasnya.*