KoranMandala.com –Pernah terlintas pikiran seperti ini? Kalau takdir sebagai manusia sudah ditentukan Allah (Tuhan), maka apa gunanya manusia berdoa?
Ternyata, doa dan takdir itu memiliki wilayah yang sedikit berbeda. Berbeda posisi gimana? Mari kita bahas lewat cerita Gus Mut dan muridnya, Fanshuri berikut.
Seseorang murid, Fanshuri bertanya kepada Gus Mut, gurunya. “Misalnya saya berdoa biar bisa dapet istri cantik dan salehah, lalu kebetulan Gusti Allah ijabahi doa saya. Pertanyaannya, saya dapat istri cantik itu karena doa saya atau karena takdir Gusti Allah sebelum saya berdoa? Itu, kan, kontradiktif sekali, Gus. Di satu sisi suruh doa sama ikhtiar, tapi di sisi lain takdir kita sudah ditentuin”
Ajaib Tapi Nyata! Begini Bacaan Doa Nabi Ayub AS saat Diberikan Ujian Penyakit Langka Hingga Sembuh
Untuk menganalogikannya, Gus Mut seketika menjatuhkan papan catur yang ada di hadapannya.
“Loh kenapa dijatuhkan papan caturnya”, tanya Fanshuri.
Gus Mut bertanya, “Papan catur ini jatuh karena apa? Apa karena takdir atau karena kemauannya saya?”
Fanshuri menjawab “Ya takdir, tapi melalui tangan Gus Mut”. “Kok kamu bisa yakin bilang itu takdir?”, tanya Gus Mut. Fanshuri menjawab “Ya karena sudah terjadi”.
“Kita baru bilang sesuatu disebut takdir itu setelah kejadiannya udah terlewat. Sebelum itu, manusia kayak kita belum bisa bilang itu takdir. Seperti jatuhnya papan catur ini. Karena udah kejadian, kita bisa dengan mantap bilang bahwa papan catur ini ditakdirkan jatuh,” terang Gus Mut.
Dengan terheran, Fanshuri bertanya “Artinya, Gus?”
“Artinya, ketika kamu bilang bahwa pada akhirnya kita semua di takdirkan kena korona, itu adalah kalimat yang berbahaya.”
“Kok berbahaya?”
“Lah, belum kejadian, kok, di bilang takdir. Memang kamu ini siapa? Malaikat?”