KoranMandala.com -Pekerjaan rumah tangga sudah identik dengan perempuan. Pada sebagian besar masyarakat, laki-laki di dalam rumah tidak di bebankan pekerjaan rumah tangga.
Mengutip dari jurnal (Nur Alifa: “Stereotip Pekerjaan Berbasis Gender Dalam Konteks Indonesia”). Pekerjaan rumah tangga adalah serangkaian aktivitas atau tugas yang dilakukan untuk menjaga, mengelola, dan merawat rumah dan orang-orang yang tinggal di dalamnya.
Pekerjaan ini mencakup berbagai tugas yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pengelolaan rumah sehari-hari. Contoh pekerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika baju, memasak, merawat tanaman dan halaman, perbaikan kecil di rumah.
Terdapat beberapa alasan mengapa sebagian laki-laki tidak mengerjakan pekerjaan rumah, baik dari sudut pandang sosial maupun budaya. Alasan ini kerap kali bukan berdasarkan ajaran agama, tetapi lebih kepada faktor kebiasaan, norma sosial, atau kesalahpahaman tentang peran gender. Di antaranya adalah:
1. Norma dan Budaya Patriarki
Pada sebagian masyarakat, pekerjaan rumah tangga sering kali di anggap sebagai tugas perempuan. Hal ini merupakan pandangan turun temurun mengenai sistem patriarki yang membagi tugas berdasarkan jenis kelamin. Dalam masyarakat tradisional, laki-laki sering di asosiasikan dengan peran pencari nafkah di luar rumah, sementara perempuan bertanggung jawab atas pekerjaan domestik. Meskipun norma-norma ini mulai berubah pada sebagian kalangan, pengaruhnya masih terasa pada sebagian besar masyarakat masa kini.
2. Kesalahpahaman tentang Peran Gender dalam Islam
Beberapa orang mungkin salah memahami ajaran Islam mengenai pembagian peran dalam rumah tangga. Ada yang menganggap bahwa karena laki-laki wajib menafkahi keluarga, maka pekerjaan rumah sepenuhnya adalah tanggung jawab perempuan.
Padahal, sebagaimana di jelaskan sebelumnya, Islam mengajarkan keseimbangan dan kerjasama dalam rumah tangga. Nabi Muhammad SAW sendiri mencontohkan bagaimana laki-laki seharusnya juga turut berperan dalam pekerjaan rumah.
3. Pola Asuh dan Pendidikan
Dalam banyak kasus, laki-laki di besarkan dengan pemahaman bahwa pekerjaan rumah bukan bagian dari tanggung jawab mereka. Mereka mungkin melihat ayah atau figur laki-laki lainnya yang jarang terlibat dalam pekerjaan rumah, sehingga mereka meniru pola perilaku ini ketika mereka dewasa.
4. Keterbatasan Waktu dan Beban Pekerjaan
Laki-laki yang bekerja di luar rumah seringkali beralasan bahwa mereka sudah lelah setelah bekerja seharian, sehingga enggan atau merasa tidak perlu terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Mereka mungkin menganggap bahwa sudah menjalankan tanggung jawab dengan mencari nafkah, sementara urusan rumah menjadi tanggung jawab anggota keluarga perempuan.
5. Pengaruh Sosial dan Tekanan Lingkungan
Pada beberapa lingkungan, terdapat stigma atau tekanan sosial yang menganggap bahwa laki-laki yang terlibat dalam pekerjaan rumah dianggap “kurang maskulin” atau tidak sesuai dengan peran tradisional laki-laki. Tekanan sosial ini bisa mempengaruhi sikap laki-laki terhadap pekerjaan rumah tangga.***