KoranMandala.com – Museum ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi, tetapi juga memberikan peluang bagi pengunjung untuk mendalami sejarah serta memahami peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di Indonesia.
Salah satunya Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang diresmikan pada 23 Mei 1966 oleh Panglima Divisi Siliwangi, Kolonel Ibrahim Adjie.
Museum ini menyimpan berbagai koleksi bersejarah yang berkaitan dengan perjuangan dan pengorbanan TNI dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Museum ‘Zero Toys’ Bandung, Surga Nostalgia Bagi Pecinta Mainan Jadul
Nama Mandala Wangsit diartikan sebagai tempat penyimpanan amanat dan nasihat, sedangkan Siliwangi diambil dari nama raja terkenal di Kerajaan Sunda dan juga menjadi nama Kodam TNI-AD di wilayah Jawa Barat dan Banten.
Pemandu Museum, Oih Solihin (48) menyebut Museum ini memiliki sejumlah ruangan yang dikelompokkan jadi 3 berdasarkan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah perjuangan Indonesia dari pra, kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan.
Sejarah Perjuangan dan Pemberontakan
“Di antara ruangan tersebut terdapat koleksi yang menampilkan penumpasan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Operasi Seroja di Timor Timur, Pemberontakan DI/TII, Fretilin, PKI dan lain-lain,” bebernya.
“Serta peristiwa Palagan Bandung dan lain-lain yang berkaitan dengan masa pergerakan kemerdekaan Indonesia,” tambahnya kemudian kepada Koran Mandala pada Senin 21 Oktober 2024.
Salah satu daya tarik utama museum ini adalah koleksi senjata tradisional seperti Kujang Pajajaran, keris, golok, pedang, bambu runcing, dan panah, yang tersimpan dengan baik dalam etalase.
“Setiap ruangan juga dilengkapi dengan diorama dan lukisan realis yang menggambarkan kondisi sejarah pada masa itu. Salah satu koleksi yang paling berharga adalah bendera merah putih yang pertama kali dikibarkan di Alun-alun Bandung,” beber Oih.
Pengunjung juga dapat melihat koleksi uang kertas dan koin dari era kolonial, foto-foto dokumentasi kekejaman DI/TII, serta foto-foto penumpasan PKI Muso oleh pasukan Siliwangi.
Foto-foto sadis ditampilkan tapi dibatasi
Pihak museum pun membatasi pengunjung untuk usia tertentu jika ingin melihat foto-foto dokumentasi itu, pasalnya beberapa display menampilkan momen-momen brutal dan sadis terkait kekejaman DI/TII serta penumpasan PKI Muso oleh pasukan Siliwangi.
“Nah memang isi museum ini banyak foto atau display yang brutal, tapi kita tanyakan dulu ke guru-gurunya boleh gak anak-anak lihat ini? karena ini foto-foto tentang misalnya keganasan DI TII, ada yang hilang kepalanya ada yang buntung dan lain-lain,” jelas Oih.
“Rata-rata kalo anak SD itu tidak diperbolehkan kita skip aja, nah kalo udah SMA biasanya dipersilahkan karena ini sejarah maka anak-anak juga harus tau bagaimana keganasan para pemberontak itu.” tandasnya.
Pada kenyataannya ada beberapa siswa SD yang nampak tak diawasi saat melihat foto sadis atau memainkan display senjata yang belum layak untuk anak-anak seusia mereka.
Harapan Guru dan Orang Tua murid SD
Nurlaela Kurniawati (36), Guru SDN 182 Perumnas Cijerah yang sedang mengajak siswa-siswinya outing class ke Museum Mandala Wangsit Siliwangi. Nurlaela menyebut area-area display foto-foto sadis tidak diperlihatkan pemandu museum.
“Yang tadi saya ikuti sama pemandunya bagian yang terkait kekerasan tidak dibahas, cuma dikasih pengetahuan aja bahwa dulu daerah Bandung dan sekitarnya pernah berjuang mengusir penjajah dan pemberontak,” harapnya.
Museum Inggit Garnasih : Saksi Bisu Dari Perjalanan Seorang Wanita Dalam Sejarah Indonesia
Hal ini dibenarkan Sindy Srikandi (33) perwakilan Wali Murid SDN 182 Perumnas Cijerah. “Harapannya anak-anak bisa nambah pengetahuan tentang sejarah-sejarah disini, mudah-mudahan yang diambil sama anak-anak itu ya perjuangannya aja,” pungkasnya. ***