3. Ngejot dan Penjor
Tradisi Ngejot dan Penjor adalah perayaan Natal yang khas dari Bali, yang mencerminkan harmoni antara budaya Hindu Bali dan ajaran Kristiani.
Kedua tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal dari Pulau Dewata.
Ngejot adalah tradisi saling memberikan makanan kepada sesama. Pada saat Natal, umat Kristiani di Bali akan menyiapkan berbagai jenis makanan khas Bali, seperti lawar, sate lilit, dan jukut ares.
Makanan-makanan ini terbungkus dengan rapi dan dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan teman.
4. Meriam Bambu
Tradisi meriam bambu adalah salah satu perayaan Natal dari NTT, terutama di daerah Flores.
Bunyi ledakan meriam bambu yang menggelegar menjadi tanda kegembiraan menyambut kelahiran Yesus Kristus.
Tradisi ini telah berlangsung sejak tahun 1980-an dan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Natal wilayah ini.
Meriam bambu terbuat dari batang bambu yang dilubangi bagian dalamnya. Salah satu ujung bambu ditutup dengan sumbat dari bahan yang mudah terbakar, seperti kapas atau kain lap.
Bahan bakar biasanya adalah serbuk gergaji atau arang. Setelah terisi bahan bakar, meriam bambu kemudian dinyalakan.
Ketika tekanan udara di dalam bambu meningkat, sumbat akan terlepas dan menghasilkan suara ledakan yang keras.
5. Marbinda dan Marhobas
Masyarakat Batak Toba, Sumatra Utara juga punya tradisi perayaan Natal yang tidak kalah menarik, yaitu Marbinda dan Marhobas.
Kedua tradisi ini menyatukan unsur-unsur budaya Batak yang kaya dengan nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong, serta ajaran agama Kristen yang menekankan kasih dan persaudaraan.
Marbinda adalah tradisi menyembelih hewan menjelang Hari Raya Natal.
Sebelum perayaan Natal, masyarakat Batak Toba akan menyembelih seekor hewan ternak, biasanya kerbau atau bab. Lalu membaginya rata kepada seluruh anggota keluarga besar dan tetangga.
Sementara itu, Marhobas merupakan kegiatan memasak bersama. Kegiatan ini mengajarkan pentingnya kerja sama dan gotong royong dalam membangun kebersamaan.
Selain itu, juga menjadi sarana untuk menjaga dan melestarikan warisan kuliner Batak Toba.
6. Bakar Batu
Tradisi bakar batu adalah salah satu cara unik masyarakat Papua, khususnya suku-suku pedalaman, untuk merayakan Natal.
Sesuai namanya, tradisi ini melibatkan pembakaran batu-batu besar untuk memasak berbagai jenis makanan dalam jumlah banyak.
Pertama-tama, merka menggali lubang besar pada tanah. kemudian melapisi lubang dengan daun-daun pisang untuk mencegah makanan langsung bersentuhan dengan tanah.
Batu-batu besar kemudian dibakar hingga membara. Batu-batu panas ini kemudian dimasukkan ke dalam lubang yang sudah terlapisi daun pisang.
Berbagai jenis makanan seperti daging babi, ubi jalar, jagung dan sayuran lainnya tersusun pada batu-batu panas tersebut. Kemudian, lubang ditutup kembali dengan daun pisang dan tanah.
Setelah matang, seluruh masyarakat akan berkumpul untuk menikmati hasil masakan mereka.
Betapa beragamnya ya Indonesia, kita patut bangga. Apakah kamu salah satu yang masih melestarikannya?
Selamat Natal!***