Koran Mandala – Musisi lintas genre dari Bandung, Koil dan Kuburan Band telah berkolaborasi dalam sebuah proyek unik untuk menafsirkan kembali lagu religi berbahasa Sunda karya Doel Sumbang dimana legenda pop sunda itu juga ikut terlibat.
Lagu itu berjudul “Tuturut Munding”, dengan pendekatan musikal yang beragam dan penuh warna. Kolaborasi ini tidak hanya sekadar penggabungan gaya, tetapi juga menjadi sarana bagi mereka untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan nuansa yang khas, termasuk distorsi yang menggema, humor sarkastik, dan kritik sosial yang tajam.
“Tuturut Munding” adalah lagu yang pertama kali dirilis pada tahun 1990-an. Lagu ini sangat erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Sunda selama Ramadhan, terutama bagian refrainnnya yang sering dinyanyikan dalam berbagai kegiatan lokal, seperti membangunkan warga untuk sahur.
Lagu ‘Teteh’ Doel Sumbang Jadi Jingle Pilkada 2024 dan KPU Kota Bandung
Lagu ini bahkan sering dianggap sebagai “lagu wajib” dalam parade sahur hingga malam takbiran.
Secara etimologis, istilah “tuturut munding” memiliki makna yang dikenal luas dalam budaya Sunda. Frasa ini secara harfiah berarti “mengikuti kerbau”, yang menggambarkan seseorang yang cenderung mengikuti tanpa berpikir atau hanya mengikuti arus tanpa pertimbangan yang jelas.
Makna dan Pesan Lagu “Tuturut Munding” Lagu “Tuturut Munding” menyampaikan pesan moral yang penuh sindiran, membahas tentang pembangkangan. Ini bukan hanya tentang individu, tetapi juga mencerminkan fenomena perilaku yang telah menjadi umum di masyarakat.
“Kami hanya ingin mengingatkan bahwa di bulan puasa, ada kewajiban yang harus dipenuhi, terutama bagi umat Muslim. Namun, kenyataannya, banyak di antara mereka yang justru melanggar. Lagu ini menyindir perilaku tersebut,” jelas Doel Sumbang saat ditemui Koran Mandala beberapa waktu lalu.
Doel Sumbang Dukung Haru-Dhani di Pilwalkot Bandung 2024, Minta 3 Syarat Dipenuhi
“Saya berpegang pada satu prinsip, yaitu sabda Rasulullah SAW, bahwa akhir zaman akan ditandai dengan penurunan moral. Artinya, seiring berjalannya waktu, perilaku manusia semakin memburuk. Oleh karena itu, lagu-lagu bertema seperti ‘Tuturut Munding’ akan selalu relevan, karena akan selalu ada orang-orang dengan perilaku semacam itu,” tambahnya.