Koran Mandala – Artis senior Titiek Puspa baru saja meninggal 10 April 2025 sore. Artikel ini akan memberikan gambaran mengenai tempat kelahiran sang legenda.
Setiap legenda memiliki tempat asal yang membentuk karakter dan inspirasinya. Bagi Titiek Puspa, diva abadi dalam sejarah musik Indonesia, tempat itu bernama Tanjung—sebuah kota kecil di Kalimantan Selatan yang menyimpan denyut budaya Banjar, semangat masyarakat Dayak, dan keheningan tropis khas Pulau Borneo.
Tanjung bukan hanya titik geografis kelahiran Titiek Puspa pada 1 November 1937, melainkan juga akar spiritual dan kultural dari perjalanan seninya yang panjang dan penuh makna. Dalam lanskap kota inilah, benih-benih ketangguhan, kepekaan, dan estetika lokal tumbuh dalam diri seorang perempuan yang kelak memukau Indonesia dengan suara dan karyanya.
Letak Geografis dan Topografi Tanjung
Secara administratif, Tanjung adalah ibu kota dari Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Kota ini terletak di wilayah paling utara provinsi, berbatasan langsung dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Dari Banjarmasin, ibu kota provinsi, jaraknya sekitar 300 km ke arah utara dan dapat ditempuh selama 6–7 jam perjalanan darat.
Topografi Tanjung didominasi oleh dataran rendah bergelombang, dengan ketinggian rata-rata antara 50–100 meter di atas permukaan laut. Kota ini berada di jalur Sungai Tabalong Kanan dan Tabalong Kiwa, dua aliran sungai penting yang menghidupi kawasan ini secara agrikultural dan sosial. Lahan subur di sekitarnya mendukung pertanian rakyat, sementara potensi tambang batu bara telah menjadikan Tabalong sebagai salah satu kabupaten penyangga ekonomi di Kalimantan Selatan.
Iklim Tanjung adalah tropis basah, dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun, kelembapan udara rata-rata 80%, dan suhu berkisar antara 24–33°C. Keasrian alam ini menjadi bagian dari atmosfer masa kecil Titiek Puspa—sebuah latar belakang ekologis yang membentuk ketenangan sekaligus semangat dalam jiwa seninya.
Demografi: Wajah Multikultur dalam Satu Kota
Menurut data BPS Tabalong tahun 2023, jumlah penduduk Tanjung mencapai sekitar 60.000 jiwa. Komposisi etnisnya mencerminkan kemajemukan Kalimantan, terdiri dari suku Banjar sebagai mayoritas, diikuti oleh Dayak Maanyan, Lawangan, dan komunitas pendatang dari Jawa, Bugis, hingga Madura.
Keberagaman ini bukan hanya terlihat dalam adat dan bahasa, tetapi juga dalam kerukunan antarumat beragama. Islam merupakan agama mayoritas, disusul Kristen, Hindu, serta kepercayaan lokal yang masih hidup dalam komunitas Dayak. Spirit toleransi ini menjadi fondasi sosial yang kuat, dan barangkali secara tidak langsung memengaruhi perspektif Titiek Puspa yang inklusif dan melintasi sekat-sekat identitas dalam lagu-lagunya. (FMA)